Polemik Blok Masela Hambat Laju Efek Ganda Ekonomi Nasional
Efek ganda bagi perekonomian nasional dan masyarakat lokal bakal terus apabila pengembangan Blok Masela dengan skema kilang terapung sesuai
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM.JAKARTA – Efek ganda bagi perekonomian nasional dan masyarakat lokal bakal terus tertunda apabila pengembangan Blok Masela dengan skema kilang terapung sesuai plan of development (POD) yang diajukan tidak kunjung mendapat kepastian.
Sejumlah kajian sudah menunjukkan pengembangan proyek Blok Masela dengan skema kilang terapung tersebut memberikan nilai tambah dan manfaat ganda bagi sejumlah sektor, yang pada gilirannya menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Anggota Komisi VII DPR RI, Dito Ganinduto mengatakan, pemerintah sebaiknya tidak menunda lagi rencana pengembangan Blok Masela dari rekomendasi yang sudah disetujui Kementerian ESDM dan SKK Migas untuk memastikan terealisasinya kontribusi proyek beserta efek gandanya untuk kepentingan perekonomian nasional dan lokal.
Perdebatan soal kilang terapung dan kilang darat sudah selesai pada Desember 2010, karena semua pihak sudah sepakat bahwa pengembangan Blok Masela menggunakan kilang terapung.
“Saya tidak punya interest di sana. Tetapi pemerintah harus segera memutuskan karena kalau terlalu lama bisa saja nasibnya akan sama dengan proyek IDD yang sekarang ini tidak jelas. Apalagi dengan tren harga minyak dunia yang anjlok, proyek itu bakal tidak ekonomis untuk dikembangkan,” ungkapnya.
Sesuai kajian LPEM UI, manfaat ekonomi dari skema kilang terapung dengan perkiraan belanja modal sekitar US$14,8 miliar tersebut menumbuhkan PDB sekitar US$126,3 miliar, penerimaan negara sebesar US$51,8 miliar, pendapatan rumah tangga sekitar US$14,5 miliar, dan menyerap 657 ribu tenaga kerja dari penciptaan lapangn pekerjaan baru.
Sementara itu, dari sisi maritim, skema kilang terapung Blok Masela memberikan dampak nilai tambah yang terukur dan secara langsung berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi antara lain melalui pertumbuhan PDB sekitar US$1,8 miliar, pendapatan rumah tangga sekitar US$563 juta, dan pembukaan lapangan pekerjaan sekitar 15.736 orang.
Sementara itu, penundanaan satu tahun atas pengembangan proyek tersebut bakal berdampak merugikan perekonomian sekitar US$4,2 miliar dari sisi PDB, US$0,34 miliar dari sisi pendapatan rumah tangga, dan 22,676 potensi menciptakan lapangan pekerjaan baru.
Pengamat Energi dari ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, salah satu tantangan dalam pengembangan lapangan migas di laut dalam adalah soal teknologi yang proven. Prospek industri migas nasional ke depan terletak di proyek laut dalam di Timur Indonesia.
Untuk jangka panjang, proyek Blok Masela ini sangat menguntungkan Indonesia dari sisi pengetahuan dan pengalaman demi mengembangkan proyek migas laut dalam Indonesia lainnya di daerah Timur Indonesia.
“Kita sedang merintis era industri migas berbasis maritim yang berdampak terhadap perekonomian di Indonesia Timur. Proyek ini menjanjikan untuk memberikan dampak berganda di masa mendatang untuk penemuan dan pengembangan proyek migas lain di Indonesia,” katanya.
Menurut Berly Martawijaya, ekonom dari Universitas Indonesia (UI), aspek multiplier effect untuk perekonomian Indonesia dapat terealisasi apabila proyek tersebut aman untuk dikembangkan dalam jangka panjang. Skema kilang terapung lebih menjamin kesinambungan pengembangan perekonomian masyarakat dalam jangka panjang.
“Daerah ini tergolong rawan gempa. Dalam tahun ini saja sudah kurang lebih lima kali terjadi gempa yang tergolong besar. Beberapa kali terjadi gempa dengan kekuatan 5 skala richter bahkan ada yang mencapai 6 skala ricter. Sementara pipa ini bukan terbuat dari karet. Seberapa jauh infrastruktur ini bisa bertahan. Itu juga yang harus dijawab,” paparnya.