Investor Arab Incar Bank Syariah
Tujuannya, agar industri perbankan syariah berkembang pesat lewat penguatan modal investor asing.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Perbankan syariah membuka pintu lebar bagi investor asing. Tujuannya, agar industri perbankan syariah berkembang pesat lewat penguatan modal investor asing.
Awal tahun ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, ada empat investor asal Timur Tengah yang sudah berbicara dengan regulator. Empat investor ini berminat masuk ke Tanah Air berstatus partner strategis di bank syariah lokal.
OJK mempermudah kedatangan para investor. Syarat OJK hanyalah memperkuat modal dan mengembangkan produk dan layanan perbankan syariah. Kepala Departemen Perbankan Syariah OJK Ahmad Buchori mengatakan, salah satu dari empat investor Timur Tengah tersebut adalah Dubai Islamic Bank (DIB).
Tiga investor lain, tambah Buchori, berasal dari Qatar dan Arab Saudi. “Harapannya selain membawa modal, mereka mentransfer pengetahuan produk, teknologi informasi dan memberikan akses ke negara Timur Tengah,” ujar Buchori, Kamis, (25/2).
Dewan Komisioner Pengawas Perbankan OJK Mulya Siregar mengatakan, investor yang sudah menyatakan ketertarikannya masuk ke Indonesia yakni Islamic Development Bank (IDB). Tapi, hingga kini DIB belum mengajukan proposal akuisisi secara formal ke OJK.
Mulya menambahkan, tahap awal OJK membolehkan investor asing memiliki maksimal 25% saham bank syariah Indonesia. Selanjutnya, memiliki 40% saham dan kemudian investor bisa menaikkan status menjadi pemegang saham mayoritas.
“Namun hal ini setelah melalui tiga kali penilaian tingkat kesehatan bank,” ujar Mulya.
Direktur Group Pengaturan Perizinan Penelitian dan Pengembangan Perbankan Syariah OJK Deden Firman menyatakan, pihaknya sudah menerima pernyataan minat dari Islamic Corporation for the Development (ICD). Ia juga bilang, International Finance Corporation (IFC) pun tertarik membeli saham Bank Muamalat.
Endy Abdurrahman Direktur Utama Muamalat membenarkan bahwa perseroan sudah berkomunikasi dengan IFC dan bakal masuk sebagai pemegang 20% saham. “Mekanismenya dalam bentuk right issue,” ujar Endy. (Galvan Yusdhistira)