Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Jurus Anak Jokowi Bangun Bisnis, Belajar di Australia Bikin Usaha Martabak di Solo

“Padahal, saat pernikahan itu, biaya terbesar justru untuk katering,” ujar Gibran.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Jurus Anak Jokowi Bangun Bisnis, Belajar di Australia Bikin Usaha Martabak di Solo
ciputraenterpreneurship.com/kompasiana
Gibran Rakabuming putra pertama Presiden Jokowi. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meski putra seorang presiden, Gibran Rakabuming Raka tak suka memakai jalan pintas. Anak sulung Presiden Joko Widodo ini tetap melakoni satu per satu tahap dalam merintis bisnisnya.

Mulai dari Solo, Jawa Tengah, Gibran terus mengepakkan sayap bisnisnya ke kota lain di Indonesia.




Selepas lulus kuliah di University of Technology Insearch, Sydney, Australia, pada 2010, pria 28 tahun ini kembali ke kampung halamannya, Solo. Dia ingin punya bisnis sendiri, tak mau meneruskan bisnis keluarga di bidang mebel. Gibran mengendus peluang berbisnis katering. Maklum, orangtuanya juga pemilik Graha Saba Buana, gedung pertemuan yang sering menjadi pilihan warga untuk resepsi pernikahan. Sebelumnya, pendapatan gedung tersebut hanya dari sewa.

“Padahal, saat pernikahan itu, biaya terbesar justru untuk katering,” ujar Gibran.


Namun, ide saja tak cukup untuk memulai bisnis. Seperti pengusaha lain, Gibran juga menghadapi kendala modal. Apalagi, bisnis katering membutuhkan investasi miliaran. Kendati saat itu ayahnya adalah Walikota Solo, dia tak mendapat modal dengan gampang. “Ada bank swasta kecil yang mau memberi pinjaman dengan bunga besar,” ujar dia.

Berbekal pinjaman itu, Gibran mendirikan katering Chilli Pari pada Desember 2010. Ia menyulap interior kantor bergaya resto agar calon klien bisa mencicipi langsung citarasa hidangan yang bakal tersaji di perhelatan. Sebagai pendatang baru, Gibran juga aktif menjaring konsumen. Selain menyebar sendiri brosur di sejumlah event, ia mengirim masakan Chilli Pari ke sejumlah perkantoran untuk test food. “Awal-awal, sering juga makanannya ditolak sehingga makanan terpaksa dimakan sendiri, bahkan sampai dibuang,” kenang Gibran.

Pelanggan pertama akhirnya datang dari sebuah bank yang menggelar rapat dengan pesanan lebih dari 100 paket. Sejak itu nama Chilli Pari mulai dikenal. Kapasitas jasa kateringnya pun terus meningkat hingga 5.000 paket dalam sebulan. Bahkan, kini mencapai 40.000 paket dalam sebulan.

BERITA TERKAIT

Setelah kateringnya ramai, Gibran melengkapi Chilli Pari dengan bisnis lain. Tapi, masih di bisnis seputar pernikahan, seperti percetakan undangan, suvenir, rias pengantin dan dokumentasi. Dia menawarkan paket pernikahan, dengan harga mulai Rp 73 juta untuk 1.000 tamu, termasuk sewa gedung Graha Saba.

Merambah aneka bisnis kuliner

Berawal dari kantor sewaan, kini Chilli Pari menempati kantor sendiri. Jangkauan kateringnya tak terbatas di wilayah Solo, tapi sudah melebar hingga ke wilayah Jawa Tengah sampai Jawa Timur. “Dalam tiga tahun, kami sudah balik modal. Utang bank sudah bisa dilunasi dalam waktu empat tahun,” kata Gibran.

Setelah usaha kateringnya mapan, pria kelahiran 1 Oktober 1987 ini mulai merintis bisnis lain. Menggandeng teman sebagai mitra bisnis, Gibran membuka Markobar yang menjual martabak dengan berbagai topping. Sang teman merupakan generasi kedua pendiri Markobar yang berdiri di Solo sejak 1996. Dalam kemitraan ini, Gibran bertugas menggarap pemasaran, sementara sang mitra bertanggungjawab pada bagian produksi dan dapur. “Urusan modal dan keuntungan, semuanya dibagi dua saja,” jelasnya.

Tak ingin melewatkan masa emas bisnis kuliner, Gibran segera membawa Markobar keluar dari Solo. Saat ini Markobar sudah memiliki 5 gerai. Selain di Solo, gerai Markobar tersebar di Yogyakarta, Semarang, dan Jakarta.

Gibran optimistis, bisnis barunya ini bakal melesat. Sebab, dia melihat, perputaran uang dalam bisnis martabak ini cepat. Dia memberi contoh, pesanan untuk Markobar Jakarta berkisar 150 - 200 loyang saban hari. Martabak ini dibanderol mulai harga Rp 45.000 untuk topping standar satu rasa, hingga Rp 90.000 untuk martabak dengan topping delapan rasa.

Gibran menargetkan, setiap membuka satu gerai, modalnya harus kembali dalam waktu tiga bulan. Dengan asumsi ini, dia hakul yakin, saban dua bulan bisa membuka dua gerai Markobar. Sepanjang 2016, suami Selvi Ananda ini menargetkan membuka gerai baru di Bandung, Bali, Manado dan menambah gerai baru di Jakarta.

Bersamaan dengan Markobar, Gibran bersama mitranya juga mendirikan kedai kopi CS Coffee Shop. Kini, sudah ada tiga gerai di Solo, Yogyakarta dan Semarang. Kedai kopi ini berada di satu lokasi dengan gerai Markobar.

Selain itu, Gibran masih memiliki bisnis kuliner lain, yakni ceker ayam bakar. Tak berhenti di situ, Gibran berencana menambah bisnis kuliner terbaru, pasta buntel yang rencananya diperkenalkan Februari ini.

Sulung dari tiga bersaudara ini mengaku, selain Chilli Pari, bisnis yang lain ia jalani dengan menggandeng teman-temannya sebagai mitra. Dia pun selalu mendapat peran di bagian pemasaran. Tak tertutup kemungkinan, ia akan menambah lini kuliner baru jika prospeknya baik. Ia berambisi, selain Chilli Pari, bisnis kulinernya yang lain akan menaklukkan Ibukota.

Penulis: Oginawa R Prayogo

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas