Pamor Batu Permata Mulai Ambles
“Daya beli masyarakat juga turun."
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Pamor emas sedang mencorong, namun tidak pada batu permata. Justru saat ini batu permata sedang kehilangan pamor dan minim peminat. Sebagai gambaran, sejak pertengahan tahun lalu harga berlian melonjak 20%.
Tingginya harga itu lebih karena faktor kurs dollar Amerika Serikat (AS), yang tahun lalu melejit. Namun lantaran peminatnya minim, omzet pedagang malah menurun 50%.
“Daya beli masyarakat juga turun," ujar Fahmi, pemilik toko Fahmi Mutiara & Jewellery di Jakarta Gems Center Rawabening, Jatinegara, Jakarta Timur.
Kini rupiah menguat dan harga relatif stabil. Toh, permintaan terhadap batu mulia tetap minim, karena pembeli sepi. Menurut Fahmi, hanya beberapa jenis permata yang harganya bergerak liar, lantaran daya tariknya memang tinggi, seperti jenis blue safir.
"Namun di antara jenis permata, yang paling sering dicari masih tetap berlian," ujarnya.
Sayang, tren nilai jual tinggi pada harga permata biasanya hanya bertahan paling lama selama enam bulan. Kemudian pasar akan kembali stabil. Maklum, permata lebih banyak menjadi barang koleksi bukan menjadi salah satu aset investasi.
Masyarakat Indonesia lebih banyak menggunakan permata sebagai perhiasan, bukan hanya instrumen investasi. Jika batu mulia mulai dijadikan perhiasan, seperti cincin, kalung atau gelang, nilai jualnya mengalami penurunan cukup signifikan, yakni 20%-30%.
Ketua Asosiasi Masyarakat Batumulia Indonesia (AMBI) Sujatmiko menjelaskan, kegagalan batu mulia menjadi instrumen investasi yang menarik lantaran tak ada satuan harga standar dalam berdagang, baik secara lokal maupun internasional.
Yang ada, penetapan harga berlian, rubi, emerald, zamrud dan safir tergantung pada penjual masing-masing. Kendati tak ada standar harga, Medana Tambunan, pemilik Toko Maisya Jewellery bercerita, harga batu mulia bergantung pada kualitas. Yakni warna, kejernihan, cahaya hingga bentuk.
Jadi jangan heran jika harga di masing-masing toko batu mulia berbeda. Saat ini, harga kisaran berlian tabur mencapai sekitar Rp 2,5 juta hingga Rp 9 juta. Namun untuk berlian ukuran besar yang biasa digunakan sebagai inti perhiasan, harganya bisa mencapai sekitar Rp 30 juta.
Ke depan, jika permintaan tetap lesu lantaran ekonomi meredup dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang cenderung terus menguat, harga batu mulia bakal terus melorot. "Sudah begitu, minim fluktuasi," sebut Sujatmiko.
Penurunan harga memang selalu menjadi momentum tepat untuk mengambil posisi beli. Apalagi, harga batu mulai khususnya berlian, seperti harga komoditas berpeluang pulih.
Yusnani Ahmad Zaini, pemilik toko Nabil Gems, menyatakan, masyarakat Indonesia bisa saja mulai berinvestasi pada batu mulia. Dia mengklaim, berdasarkan pengalamannya bermain batu mulia selama 28 tahun, tidak ada istilah rugi.
Meski transaksi tak seatraktif jual beli emas, permintaan batu permata selalu ada. "Asal jeli mengamati perkembangan harga dan melihat dari satu toko ke toko lain," ungkapnya.
Tapi, karena tidak ada satuan harga standar, sulit memprediksi pergerakan batu mulia. Yang ada malah seperti akik, tiba-tiba booming, eh, tak lama meredup.
Reporter: Namira Daufina/ Wuwun Nafsiah