Neraca Perdagangan RI Surplus, Peneliti INDEF: Pemerintah Jangan Buru-buru Bangga
Rendahnya impor untuk bahan baku, sangat mengkhawatirkan
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) memaparkan neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2016 surplus mencapai 50,6 juta dollar AS . Untuk nilai ekspor pada Januari 2016 sebesar 10,5 miliar dollar AS, sedangkan angka impor 10,45 miliar dollar AS.
Pengamat ekonomi INDEF, Enny Srihartati menilai neraca perdagangan yang surplus bukan sebuah hal yang harus dibanggakan. Menurut Enny meski nilai impor kecil, namun barang asing yang datang adalah barang konsumsi.
"Pemerintah jangan bangga dulu neraca perdagangan surplus," ujar Enny di Jakarta, Senin (7/3/2016).
Enny memaparkan rendahnya impor untuk bahan baku, sangat mengkhawatirkan. Pasalnya industri di dalam negeri tidak berkembang jika produk barang jadi saja yang masuk.
"Ini artinya tidak ada industri yang bergerak atau tidak ada industri baru yang bertumbuh," kata Enny.
Enny pun mengimbau agar pemerintah terus mendorong industri dari sektor hilir. Karena hal tersebut bisa mengurangi impor barang jadi akibat hasil yang bisa diproduksi dari dalam negeri.
"Sebetulnya impor tinggi tidak masalah, selama impor berupa barang modal, bahan baku, dan bahan penolong lainnya," papar Enny.
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone