Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Penjualan Properti Mewah di Jakarta Masih Lesu

Knight Frank memperkirakan pertumbuhan penjualan rumah mewah 2015, hanya 5,1 persen

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Penjualan Properti Mewah di Jakarta Masih Lesu
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
PAMERAN PERUMAHAN - Promotion girl berjaga di salah satu stan dalam Jabar Property Expo 2014 di Graha Manggala Siliwangi, Kota Bandung, Minggu (30/11). Pameran yang akan berlangsung hingga 7 Desember 2014 itu menampilkan 100 proyek perumahan anggota REI Jabar, furniture dan interior, serta bank penyedia KPR. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Pertumbuhan penjualan rumah mewah di sekitar Jakarta masih seret tahun ini. Meskipun pebisnis properti domestik masih punya optimisme terhadap ceruk pasar ini.

Selain faktor ketidakjelasan aturan tax amnesty alias pengampunan pajak, laju ekonomi yang masih lesu juga masih jadi batu sandungan.

"Prediksinya adalah paling tidak stabil dari tahun lalu. Soalnya permintaan harga rumah mewah masih tinggi," kata Hasan Pamudji,  Associate Director of Consultacy and research Knight Frank Indonesia, Minggu (13/3).

Faktor lainnya yang cukup berpengaruh adalah belum adanya kesesuaian harga antara penjual dan pembeli di properti mewah dalam kondisi lesu seperti ini. Akibatnya proses ini menghambat laju pertumbuhan penjualan produk properti mewah ini.

Tak heran bila pertumbuhan penjualan rumah mewah di sekitar Ibukota tahun ini tidak bakal berbeda jauh dibanding tahun lalu. Knight Frank memperkirakan pertumbuhan penjualan rumah mewah 2015, hanya 5,1 persen. Padahal di 2013 dan 2014 bisa dobel digit. "Pergerakan masih berkisar 5 sampai 10 persen, masih sulit melonjak," katanya.

Beberapa pengusaha properti yang juga bermain di sektor rumah mewah, mematok target yang tak jauh beda dengan apa yang diprediksi Hasan.

Ervan Adi Nugroho, Presiden Direktur Paramount Land, menargetkan penjualan produk rumah mewahnya hanya akan naik maksimal 10% sampai akhir 2016.

Berita Rekomendasi

Ervan menyebut, harga rumah stagnan membuat transaksi sepi. Di sisi lain faktor ekonomi global, seperti kenaikan suku bunga di Amerika Serikat turut berpengaruh pada laju investasi properti di Indonesia. Karena itu Paramount memilih fokus ke produk untuk kelas menengah ke bawah. 

"Sekitar 80% untuk rumah kurang dari Rp 3 miliar rupiah dan 20% untuk rumah di atas Rp 3 miliar," kata Ervan.

Satu lini bisnis Grup Ciputra, PT Ciputra Surya, tidak terlalu berharap dari penjualan rumah mewah. Menurut Harun Hajadi, Direktur Utama Ciputra Surya, penjualan rumah mewah 2015 merosot 10%.

"Kami proyeksi penjualan rumah mewah tidak naik tahun ini," katanya.

Sama seperti pengembang lainnya, penjualan rumah mewah yang masuk kategori rumah besar di Citraland, proyek perumahan Grup Ciputra, tidak terlalu besar.


Komposisinya adalah 25% rumah kecil, 50% rumah menengah, dan baru 25% rumah mewah. 

PT Intiland Development Tbk juga menyebut penjualan hunian mewah di awal belum begitu bagus. "Penjualan di kuartal satu ini masih slow down, kami berharap kuartal II naik,” Kata Theresia Rustandi, Sekretaris Perusahaan Intiland.

Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas