Harga BBM di Indonesia Terlalu Mahal, Sudirman Said Pun Mengakui
Adanya selisih atau gap antara harga jual BBM dengan harga keekonomiannya, untuk meminimalisir kenaikan yang tinggi.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Pemerintah sudah memastikan harga barga bahan bakar minyak (BBM) untuk periode 1 April - 30 Juni 2016 akan turun untuk menyesuaikan dengan perkembangan harga minyak dunia.
Namun, harga baru BBM tersebut tidak akan sama dengan harga keekonomiannya.
Menteri Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, mengatakan, harga BBM akan lebih tinggi dari harga keekonomian. Hal itu dilakukan, sebagai antisipasi jika dalam waktu dekat harga BBM harus kembali naik.
Hal ini disampaikan Menteri Sudirman seusai menghadiri rapat koordinasi yang dipimpin Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution. Rapat tersebut dihadiri kementerian/lembaga (K/L) dan beberapa pihak terkait lainnya.
Adanya selisih atau gap antara harga jual BBM dengan harga keekonomiannya, untuk meminimalisir kenaikan yang tinggi.
Sebab, pemerintah khawatir jika harga minyak naik, maka dampak yang ditimbulkan tidak sebanding ketika pihaknya menurunkan harga.
Adapun kelebihan atau selisih antara harga jual BBM dengan harga keekonoimian akan dikelola PT Pertamina. "Strategi penurunan kali ini akan dilakukan lebih smoothing," kata Sudirman, Kamis (24/3) di Jakarta.
Namun Sudirman tidak mengatakan berapa harga keekonomian BBM saat ini. Dia juga belum mau menyebutkan berapa harga BBM yang akan berlaku mulai per 1 April 2016 nanti. Sudirman menjamin, penurunan harga BBM akan sangat signifikan dari saat ini.
Yang jelas, penurunan harga BBM untuk jenis premium tidak akan sampai Rp 1.000 per liter.
Pemerintah mengaku, meski harga acuan minyak Mean of Platts Singapore (MOPS) terus turun dalam tiga bulan terakhir. Harga MOPS diprediksi akan mengalami kenaikan secara perlahan hingga tahun 2019.
Untuk harga premium, pemerintah memproyeksikan harga terendah sudah terjadi di Februari lalu. Saat ini harganya sudah mulai merambat naik.