Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Apa Itu Panama Papers? Bocornya Data Para Pengemplang Pajak

Beberapa pengguna menyambut senang bocornya dokumen ini karena dengan begitu para pengemplang pajak bisa diketahui identitasnya.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Apa Itu Panama Papers? Bocornya Data Para Pengemplang Pajak
Panamapapers.sueddeutsche.de
Halaman muka situs Panama Papers yang membocorkan data korupsi pemimpin dan tokoh dunia. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA  - Sejak pagi tadi, lini masa baik di Twitter maupun Facebook ramai oleh pemberitaan tentang Panama Papers.

Beberapa pengguna menyambut senang bocornya dokumen ini karena dengan begitu para pengemplang pajak bisa diketahui identitasnya.

Sebagian lagi berang, tentu saja. Nah, apa itu Panama Papers?

Bagaimana kebocoran data terbesar dalam sejarah ini bisa terjadi?

Panama Papers, oleh beberapa media, disebut sebagai kebocoran dokumen terbesar yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Dokumen ini terdiri atas 11,5 juta file dari database Mossack Fonseca—yang merupakan firma hukum yang mengurusi bebas pajak terbesar keempat yang berbasis di Panama.

File-file ini berisi tentang bagaimana orang-orang terkenal dan kaya raya seperti pesepakbola Leonel Messi menyembunyikan kekayaannya dari kewajiban membayar pajak.

Berita Rekomendasi

Secara total, kebocoran ini berisi informasi tentang lebih dari 214 ribu entitas bebas pajak yang terhubung ke orang-orang kaya di lebih dari 200 negara.

Laporan juga menyebut lebih dari 500 bank—termasuk HSBC, USB, Credit Suisse, Deutsche Bank, dan lain-lain—anak perusahaan dan cabangnya, telah bekerja sama dengan Mossack Fonseca sejak 1970-an, membantu para klien mengurus perusahaan bebas pajak mereka.

Bagaimana kebocoran ini terjadi?

Firma hukum Mossack Foncesa didirikan oleh laki-laki kelahiran Jerman bernama Juergen Mossack.

Bocornya data ini bermula ketika koalisi media internasional International Consortium of Investigative Journalism (ICIJ) dan surat kabar Jerman Sueddeutsche Zeitung menerima data dari seorang sumber anonim, lebih dari setahun yang lalu.

Menurut ICIJ, data itu berupa e-mail spreadsheet keuangan, paspor, dan catatan-catatan perusahaan yang merinci bagaimana orang-orang kuat ini memanfaatkan bank, firma hukum, dan perusahaan-perusahaan kategori shell company untuk menyimpan aset mereka.

Data itu membentang sekitar 40 tahun, dari 1977 hingga akhir 2015.

Halaman
123
Sumber: Intisari
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas