Cliffworld Tawarkan Solusi Permodalan untuk Pemilik Bisnis Rintisan
Cliffworld.com diklaim lahir untuk menciptakan ekosistem pendanaan yang terpercaya agar pelaku industri kreatif bisa mengubah ide menjadi realitas.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Geliat industri kreatif terus meningkat dari tahun ke tahun. Kendati potensi berkembangnya amat besar, ternyata banyak pelaku industri kreatif masih kesulitan mendapatkan akses permodalan.
Bahkan, perbankan sendiri masih kurang percaya untuk memberikan pinjaman modal ke sektor ini. Maklumlah, industri kreatif merupakan sektor baru, sehingga pengakuan dan apresiasi terhadap sektor ini masih rendah.
Melihat kenyataan ini, Barry Maheswara terdorong untuk turut mencarikan solusi. Atas idenya, ia pun mendirikan cliffworld.com dibawah naungan PT Cliff Indonesia Kreatif.
Barry menuturkan, cliffworld.com lahir untuk menciptakan ekosistem pendanaan yang terpercaya agar pelaku industri kreatif bisa mengubah ide menjadi realitas.
"Platform ini kami harap dapat membantu mempertemukan para creativepreuner dengan para pemodal dan menjawab permasalahan terkait kemudahan akses permodalan itu," ujarnya.
Nantinya, cliffword.com akan menghubungkan pemilik industri kreatif yang membutuhkan dana dengan pemodal dan ahli di bidang industri kreatif yang berkaitan. Maka, jalinan kerjasama tidak hanya terjadi secara online, tapi juga offline. "Tujuannya untuk membangun chemistry," terangnya.
Cliffworld membagi stakeholdernya menjadi tiga pihak, yaitu creativepreuner, funder dan endorser.
Creativeprenur adalah pemilik ide industri kreatif yang membutuhkan pendanaan. Funder adalah pemodal yang bisa berupa individu, organisasi maupun institusi.
Sedangkan endorser adalah pelaku yang sudah berpengalaman menjalankan industri kreatif. Mereka akan menilai dan melakukan transfer of knowledge agar pelaku industri yang akan terjun bisa berkembang dengan baik.
Tiga akses permodalan
Barry menjelaskan, lewat cliffworld.com, para creativepreuner bisa memilih tiga akses permodalan, yaitu crowdfunding, pinjaman dan investasi. Lewat crowfunding, creativepreuner akan mendapat dana dari publik. Maka, mereka harus menggalakkan kampanye agar publik mau mendonasikan uangnya untuk menjadi modal.
Sedangkan jika memilih akses pinjaman, tentu saja pada waktu yang ditentukan pihak creativepreuner harus mengembalikan uang yang dipinjamkan.
"Kalau yang investment, nantinya si creativepreuner akan mengadakan perjanjian soal bagi hasil. Inilah yang saya sebut perlunya membangun chemistry lewat pertemuan offline sehingga ekosistem permodalannya berjalan baik," imbuhnya.
Untuk skema crowfunding, waktu yang dipatok dalam penggalangan dana adalah 30 hari. Misal dalam waktu tersebut belum mencapai dana yang dibutuhkan, maka dana yang terkumpul akan dikembalikan seluruhnya. "Tapi kalau sudah terkumpul 85 persen, bisa extend 30 hari lagi," kata Barry.
Sementara perhitungan 30 hari untuk fitur loan dan investment akan dimulai ketika grand launch yang targetnya bisa dilakukan bulan Juni. Sedangkan fitur crowdfunding targetnya awal bulan Mei 2016. "Jadi kalau sudah ada yang posting project dari sekarang, dia akan mendapat keuntungan karena sudah memulai lebih dulu," tutur Barry.
Pihak cliffworld nantinya akan mengutip 7,5% dari nilai pengajuan dana jika creativepreuner sudah mendapat 100%. Meski demikian, cliffworld tidak akan memegang uang yang terkumpul.
Barry menjelaskan, pihaknya hanya akan bekerja sama dengan pihak payment gateway untuk membuat akun virtual sehingga bisa mengakses data secara realtime.
"Maka mengenai keamanan tidak perlu ragu karena kami juga bekerja sama dengan payment gateway. Nah, kami mengutip 7,5% tadi tujuannya juga untuk biaya kerja sama ini," ujarnya.
Namun karena masih berupa perusahaan rintisan, angka 7,5% bukan angka mutlak. "Misal dana yang dibutuhkan Rp 1 miliar, potongan 7,5% tentu sangat besar. Karena itu kami tetap terbuka untuk berkomunikasi," jelasnya.
Demi memunculkan tumbuhnya creativepreuner, cliffworld.com mengagendakan suatu acara market activation.
Mereka bekerja sama dengan Bank Bukopin dan Lingkaran.co untuk menyelenggarakan workshop di Coworkinc Kemang setiap pekan pada hari Rabu.
Misalnya, pada 30 Maret lalu, tiga pihak ini telah mengundang Steve Lillywhite, produser yang telah memenangkan 6 Grammy Award.
"Hingga tanggal 1 Juni nanti kami mengadakan 10 acara. Harapannya di tiap event-nya 5 creativepreuner mendaftarkan diri ke cliff," ujar Barry.
Dua partner kerja sama yang telah disebut sebelumnya, yaitu Lingkaran.co dan Coworkinc adalah pemerhati kreativitas, khususnya bagi kaum muda.
Lingkaran.co merupakan komunitas yang kegiatannya menyelenggarakan pelatihan atau workshop yang kaitannya dengan kreativitas. Hingga saat ini mereka telah menyelenggarakan 75 acara dan berkolaborasi dengan 186 partner.
Sedangkan Coworkinc adalah yang menyediakan tempat dengan suasana cafe. Di tempat ini komunitas dan pekerja yang berorientasi pada hasil melakukan aktivitasnya.
Dalam situasi kekinian, tempat semacam ini memang banyak digandrungi orang muda untuk bekerja.
Saat ini untuk memasukkan proposal usaha ke cliffword, creativepreuner hanya bisa melakukan via desktop atau tidak bisa dilakukan lewat telepon genggam.
"Alasannya jika lewat personal computer (PC) pengguna bisa lebih fleksibel dalam mengajukan usulan," terang Barry.
Biaya kutipan tinggi
Sama halnya dengan bisnis umumnya, modal sangat menentukan kelangsungan sebuah bisnis rintisan. Sayangnya, pengakuan dan apresiasi terhadap industri kreatif masih sangat kurang sehingga para pelaku industri ini kesulitan mengakses pinjaman modal dari perbankan. Padahal, industri kreatif membutuhkan modal yang besar buat mengembangkan usahanya.
Maka itu, munculnya aplikasi Cliffworld.com yang berfungsi sebagai platform pembiayaan bagi industri kreatif dinilai tepat.
"Ini terobosan yang sangat bagus meski sebelumnya sudah ada beberapa pengusaha yang meliriknya," kata pengamat teknologi, Heru Sutadi.
Heru menilai, Cliff cukup memberikan terobosan karena tidak hanya menjadi penggalang dana, tetapi juga memiliki niatan untuk mengembangkan pelaku industri kreatif. Pelaku industri baru akan dipertemukan dengan pemain lama agar bisa berbagi pengalaman.
Hal ini dirasa penting karena yang dibutuhkan pelaku industri baru memang bimbingan dari expert. Selain itu, yang namanya kreativitas harus terus didorong dan dipancing. Kehadiran ahli bisa merangsang munculnya ide-ide baru.
Sementara sebagai platform pembiayaan, persiapan yang dilakukan cliffworld.com juga sudah sudah cukup baik.
Antara lain, membuka jalinan kerjasama dengan banyak stakeholder, seperti bank. Namun, sebagai sebuah perusahaan rintisan, Heru menilai, terlalu tinggi kutipan 7,5 persen dari nilai pengajuan dana.
Akan lebih baik bila Cliff membuktikan pencapaiannya dulu, baru lambat laun melakukan evaluasi terhadap besaran itu, apakah dinaikkan atau diturunkan. "Nilai awalnya misalnya 2,5% dulu," imbuhnya.
Hal itu dimaksudkan agar Cliff tidak hanya dipandang sebagai makelar saja. Tetapi benar-benar ingin mengoptimalkan industri kreatif di Indonesia. Menurutnya, modal usaha yang dikeluarkan pemilik usaha rintisan tidak sedikit. Mereka mungkin harus presentasi, melakukan pertemuan-pertemuan, dan sebagainya.
Industri kreatif juga perlu didukung teknologi yang memadai guna meningkatkan kreativitas yang menjadi andalannya, sehingga butuh modal yang memadai pula.
Situs Cliff belum mobile friendly atau hanya bisa diakses lewat desktop. Hal ini baiknya dibenahi karena karakteristik masyarakat saat ini lebih gemar terhadap perangkat mobile seperti telepon genggam.
Bila hanya lewat desktop, kemungkinan yang mengakses situs ini juga tidak akan sebanyak lewat perangkat mobile.
Untuk itu, situs Cliff harus cepat merespon perkembangan dunia digital dengan merambah perangkat mobile. Hadirnya situs-situs semacam ini diharapkan bisa semakin mendorong perkembangan industri kreatif di dalam negeri.
Reporter: Teodosius Domina