Mohamad Feriadi dan Obsesi-obsesinya Memajukan Bisnis Logistik Tanah Air
"Industri pengiriman ekspres, pos serta logistik memiliki potensi pertumbuhan hingga 15,2 persen sampai dengan tahun 2019," kata Feriadi.
Penulis: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA– Di tengah kesibukanya yang padat memimpin perusahaan logistik JNE Express, Mohamad Feriadi masih bisa meluangkan waktunya dengan aktif berorganisasi.
Di mana lagi kalau bukan di Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo).
Feriadi terpilih sebagai orang nomor satu di asosiasi ini dalam Musyawarah Nasional IX Asperindo yang digelar tiga hari, 22-24 Maret 2016 lalu di kawasan Cipayung, Bogor.
Mohamad Feriadi SE MBA dipercaya menakhodai Asperindo untuk periode masa bakti lima tahun ke depan (2016 – 2020) lewat proses pemungutan suara. Feriadi meraih 195 dari 245 suara perwakilan Asperindo seluruh Indonesia yang memiliki hak suara.
Berorganisasi bukan hal baru bagi pria kalem yang akrab disapa Feriadi ini. Selama 15 tahun sejak 2001 dia pernah menduduki berbagai posisi penting di Dewan Pengurus Pusat (DPP) Asperindo.
Soal visinya membangun Asperindo, Feriadi menyatakan bertekad akan membawa Asperindo menjadi organisasi asosiasi yang kredibel untuk mewujudkan industri pos dan logistik yang berkelanjutan.
Terlebih, kompetisi ke depan semakin ketat seiring masuknya Indonesia ke dalam kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Di 100 hari pertama kepemimpinannya, Feriadi menjanjikan program-program yang fokus pada peningkatan teknologi informasi dan komunikasi (IT) seperti penyediaan platform untuk berbagi pengalaman dan mempromosikan best practices antar anggota Asperindo.
“Asperindo harus menjadi wadah bersinergi seluruh anggotanya yang berjumlah 277 perusahaan jasa pengiriman ekspres, pos dan logistik di seluruh Indonesia dengan jumlah gerai lebih dari 20.000," kata Feriadi dalam keterangan persnya kepada Tribunnews, Selasa (12/4/2016).
Menurutnya, dengan sinergi yang maksimal, maka semua potensi dapat ditingkatkan. Karenanya, diperlukan langkah dalam pengembangan bidang teknologi informasi serta komunikasi agar koordinasi antar anggota dapat berjalan dengan efektif.
Program lainnya yang akan dia jalankan adalah memperkaya database agar asosiasi ini dapat menjadi sumber informasi bagi pihak di dalam negeri mau pun internasional yang berkepentingan dalam industri pos dan logistik.
Banyak PR yang harus dia pecahkan bersama asoasi untuk memajukan bisnis logistik dan kiriman ekspres di Indonesia. Antara lain, problem rasio biaya logistik nasional secara keseluruhan terhadap PDB sebesar 23.6 persen, biaya sewa gudang di berbagai wilayah yang cukup tinggi.
Problem lainnya yang butuh pemecahan adalah kebijakan pemerintah dalam industri logistik yang masih perlu ditinjau ulang dan yang lainnya.
"Dengan melihat kondisi geografis Indonesia, industri pengiriman ekspres, pos serta logistik memiliki potensi pertumbuhan hingga 15,2 persen sampai dengan tahun 2019," kata Feriadi optimistis.
Hal tersebut diyakini akan terwujud seiring dengan perkembangan industri e-commerce di Indonesia yang bertumbuh 40 persen atau menyumbang 25 persen dari seluruh pertumbuhan industri logistik nasional.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.