Menperin Dukung Ekspor Garbarata Tembus ke Eropa
Menperin konsisten memberikan dorongan kepada industri nasional agar terus meningkatkan perluasan dan penguasaan pasar.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Industri pendukung transportasi udara nasional membuktikan diri mampu menghasilkan desain dan produksi yang menembus pasar ekspor. Standar kualitas dan presisi yang tinggi pun mampu dipenuhi.
Salah satu produknya adalah fasilitas garbarata atau jembatan berdinding dan beratap yang menghubungkan ruang tunggu penumpang ke pintu pesawat terbang. Melalui pabrik di Cileungsi Bogor, PT Bukaka Teknik Utama Tbk (BUKK) telah mengekspor garbarata ke13 negara. Di dunia penerbangan, garbarata lazim disebut sebagai passenger boarding bridge (PBB).
“Ini memberikan bukti nyata dalam hal kemampuan mendisain dan memproduksi garbarata. Saya mengapresiasi Bukaka Teknik Utama yang terus mencetak pencapaian membanggakan bagi Indonesia melalui produk garbarata yang diakui secara internasional,” kata Menteri Perindustrian Saleh Husin pada pelepasan ekspor garbarata PT Bukaka Teknik Utama Tbk ke Jepang di Cileungsi, Bogor, Senin (2/5/2016).
Menperin menegaskan, pihaknya konsisten memberikan dorongan kepada industri nasional agar terus meningkatkan perluasan dan penguasaan pasar, baik di dalam maupun luar negeri. Pihaknya memastikan konsisten mengawal penggunaan dan pembelanjaan anggaran untuk menyerap barang-barang yang telah bisa diproduksi di dalam negeri.
“Garbarata kita sudah seperti menjadi salah satu duta produk nasional yang berkelas dunia. Di atas pintu di ujungnya dan menempel dekat pintu pesawat, para penumpang internasional bisa membaca jelas di situ, ‘made in Indonesia’. Setelah diekspor ke 13 negara, saya berharap dan mendukung garbarata Bukaka mampu menembus bandara Eropa,” katanya.
Sejak tahun 1989, Bukaka Teknik Utama telah memproduksi garbarata dengan menggunakan komponen-komponen berkualitas yang diproduksi oleh para tenaga terampil dalam negeri. Jembatan penumpang itu pun mampu memenuhi standar industri aviasi yang ditetapkan oleh konsultan internasional dan para otoritas bandara hingga diekspor pertama kali ke Jepang pada 1991 dan berlanjut ke negara lain.
Garbarata yang dikirim untuk Bandara Yamaguchi Ube, Jepang kali ini merupakan produksi Bukaka yang ke-700 dan ekspor ke-474. Di negeri sakura itu, garbarata Bukaka telah mencapai jumlah 98 unit atau 18 persen dari total jembatan penumpang ke pesawat.
Hingga kini, selain Jepang, garbarata Bukaka telah menjalar keluar negeri antara lain Singapura, Malaysia, Brunei, Filipina, Bangladesh, Myanmar, Thailand, Hongkong, India dan paling jauh hingga menyeberangi Samudera Pasifik, ke Chile, Amerika Selatan. Khusus di India, pangsa pasar garbarata Bukaka mencapai 80 persen.
“Kami bahkan pernah mengirim ke China. Di dunia, negara utama produsen garbarata ialah AS, Jepang, China, Jerman dan kita,” ujar Presiden Direktur Bukaka Teknik Utama Irsal Kamaruddin. Posisi di peta industri garbarata itu menunjukkan kemampuan Indonesia sejajar dengan negara lain.
Di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng, Banten, hingga kini tercatat sebanyak 35 unit garbarata Bukaka telah melayani mobilitas para penumpang. Dengan pembangunan tambahan infrastruktur seperti Terminal 3, produk perseroan yang dipasok ke bandara itu bertambah 5 unit lagi.
Aktivitas produksi Bukaka juga telah menyerap tenaga kerja hingga sekira 700 pekerja dan kapasitas produksi mencapai 70 unit garbarata per tahun. “Kami mampu tingkatkan produksi hingga tiga kali lipat ketika pesanan melonjak,” ujar GM Boarding Bridge Bukaka, Age Triobowo. Selain untuk pesawat, Bukaka juga memproduksi produk serupa untuk penumpang kapal laut.
Selain garbarata, Bukaka juga menggarap bisnis lainnya yaitu menara baja untuk telekomuniasi dan transmisi listrik, jembatan baja, pembangkit listrik, galvanize, peralatan konstruksi jalan raya, alat produksi minyak dan gas, dan kendaraan untuk kebutuhan khusus.
Bukaka juga menggarap komponen otomotif. Saban tahun, sebanyak 2,5 juta setang sepeda motor Honda diproduksi untuk memenuhi pesanan grup Astra.
Sementara itu, Dirjen Industri Logam Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan, Pemerintah terus mendorong industri nasional berperan mewujudkan kemandirian bangsa melalui penciptaan lapangan kerja dan penguasaan teknologi.
Pemerintah juga terus berupaya meningkatan peran para pelaku industri nasional dalam kegiatan pembangunan ekonomi Indonesia melalui program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).
“Misalnya, program P3DN akan mendorong industri dalam negeri untuk terlibat aktif pada setiap program pembangunan seperti Program Infstruktur Ketenagalistrikan 35.000 MW, Program Pembangunan Rumah Murah, Program Pembangunan Jembatan Nasional, dan sebagainya,” sebut Putu.