Produk Quaker Oats Tuai Gugatan Konsumen Karena Diduga Mengandung Pestisida
Menurut konsumen yang mengajukan tuntutan, slogan "100 Persen Alami" yang dijanjikan produk tersebut beserta labelnya bersifat menjebak.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK- Sejumlah konsumen di negara bagian New York, California, dan Illinois, Amerika Serikat (AS) menuntut produk Quaker Oats yang diproduksi oleh Pepsico Inc.
Konsumen menuding produk tersebut telah menyalahi iklan, mengklaim Quaker Oats kemungkinan mengandung karsinogen yang tidak tercantum dalam komposisi.
Dalam dokumen pengadilan dijelaskan bahwa Quaker Oats mengandung glifosat, herbisida yang dinyatakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai karsinogen pada tahun lalu.
Meski demikian, Agensi Perlindungan Lingkungan (EPA) menyangkalnya dalam sebuah tinjauan.
Konsumen menyatakan para petani oat menggunakan zat kimia dan bahan pengering yang disemprotkan sebelum panen.
Menurut konsumen yang mengajukan tuntutan, slogan "100 Persen Alami" yang dijanjikan produk tersebut beserta labelnya bersifat menjebak.
"Quaker tahu bahwa konsumen mencari dan menginginkan untuk membeli produk yang betul-betul alami dan tanpa bahan kimia.
Konsumen pun bersedia membayar lebih untuk makanan yang mereka yakini alami," demikian kutipan laporan lepada pengadilan federal di Brooklyn, New York.
Konsumen menuntut Pepscico memberikan ganti rugi. Namun demikian, pihak Pepsico enggan mengomentari perkara ini.
Pada 1997 silam, produk oatmeal Quaker Oats menjadi produk makanan pertama yang diizinkan oleh Lembaga Administrasi Obat dan Makanan AS (FDA) untuk membawa pernyataan bahwa produknya sehat, menurut studi yang mempelajari pemasaran makanan sehat.
Tuntutan yang dilayangkan konsumen tersebut menyatakan bahwa citra Quaker Oats yang menampilkan potret pria Quaker dengan topi era kolonial bersifat menjebak.
Pasalnya, konsumen seakan diajak berpikir bahwa oatmeal adalah makanan lawas, namun uji yang dilakukan menemukan produk itu mengandung biosida modern.
Penulis: Sakina Rakhma Diah Setiawan l Sumber: Bloomberg