Tayangan Televisi dengan Rating Rendah Tetap Diburu Pengiklan
Data Nielsen Advertising Information Services, belanja iklan di televisi sepanjang kuartal I 2016 mencapai Rp 24,2 triliun.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Pengiklan tampaknya tidak hanya mencari program dengan rating tinggi dalam memasang iklan. Sebaliknya, program televisi dengan rating rendah tetap menarik pengiklan.
Data Nielsen Advertising Information Services, belanja iklan di televisi sepanjang kuartal I 2016 mencapai Rp 24,2 triliun.
Porsi iklan tertinggi diserap di jam tayang utama, yakni antara pukul 18.00–22.00. Di rentang waktu tersebut, angka rating rata-rata mencapai angka tertinggi dibandingkan dengan rentang waktu yang lain, yaitu 1,5%.
Penyerapan iklan di jam tayang utama pada kuartal I lalu mencapai Rp 6,4 triliun atau lebih dari seperempat dari total belanja iklan di televisi.
Sedangkan rentang waktu pukul 02.00-05.59, dengan rata-rata rating hanya sebesar 0,2%, menyerap belanja iklan sebesar Rp 656 miliar.
Berdasarkan tipe program yang disiarkan, rating kecil tidak berarti sepi iklan.
Tipe program Informasi dan Berita memiliki rating rata-rata masing-masing 0,5% dan 0,3% dengan total nilai belanja iklan mencapai masing-masing Rp 3,4 triliun dan Rp 3 triliun.
Angka tersebut sedikit di bawah belanja iklan yang diserap program Film dengan rating rata-rata 1%, yaitu sebesar Rp 3,7 triliun.
Hellen Katherina, Direktur Media, Nielsen Indonesia, mengatakan, produk dengan target konsumen yang lebih luas cenderung menempatkan iklan pada program Serial, Hiburan, dan Film dengan target pemirsa yang juga cenderung lebih luas.
Sedangkan produk yang menargetkan konsumen dengan gaya hidup tertentu cenderung mengalokasikan anggaran iklan yang lebih besar pada jenis program tertentu , seperti Informasi dan Berita.
Produk yang paling banyak beriklan di program Informasi dan Berita adalah Traveloka.com dengan belanja iklan mencapai Rp 103 Miliar di sepanjang kuartal I 2016.
Di antara sepuluh besar produk yang beriklan di program Informasi dan Berita, terdapat produk yang ditujukan untuk pasar pengguna internet, yaitu Telkomsel Internet Broadband dan Tokopedia dengan belanja iklan masing-masing sebesar Rp 61 miliar dan Rp 46 miliar.
Produk-produk yang mempunyai target pasar untuk konsumen yang lebih umum (mass product) juga termasuk dalam kontributor iklan utama di program Informasi dan Berita.
Beberapa di antaranya adalah Indomie dengan total belanja iklan Rp 94 miliar, Sedaap dengan jumlah belanja iklan Rp 79 miliar, dan Top Kopi Susu Kental Manis dengan belanja iklan Rp 66 miliar.
Sementara itu, produk-produk yang ditujukan untuk gaya hidup tertentu sebagai kebutuhan tambahan di segmen kelas atas juga mengalokasikan anggaran yang lebih besar pada program-program Informasi dan Berita.
Beberapa di antaranya adalah Vanish OXI Action dengan belanja iklan sebesar Rp 59 Miliar, Fitbar Snack dengan belanja iklan sebesar Rp 57 miliar, dan Tropicana Slim dengan belanja iklan sebesar Rp 49 miliar.
Walaupun memiliki kecenderungan mengalokasikan sebagian besar anggaran beriklan ke program populer, porsi belanja iklan untuk program dengan rating rendah juga cukup tinggi.
Dengan profil konsumen dari semua kalangan, Indomie mengalokasikan hampir separuh atau 48 persen dari anggaran belanja iklannya ke program Serial dan Hiburan yang profil pemirsanya cukup luas.
Indomie juga menempatkan 36 persen dari total belanja iklannya ke program Informasi dan Berita.
Hellen mengatakan, pemilihan program dengan potensi pemirsa yang sesuai dengan profil konsumen yang ditargetkan bisa jadi lebih efektif dibandingkan menggelontorkan anggaran beriklan untuk program-program populer untuk pemirsa kebanyakan.
Reporter: Herry Prasetyo