Sepi Pengunjung, Orchard Road Singapura Bukan Lagi Surga Belanja
Para analis industri ritel kemudian memprediksi hal itu akan terus meningkat.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Setelah hanya menangani konsumen selama lima jam dalam seminggu terakhir, Sam Goh khawatir toko olahraga yang ia kelola, LIV ACTIV akan mengikuti toko lainnya meninggalkan pusat perbelanjaan Orchard Road Singapura.
Reputasi Singapura sebagai surga belanja dengan investasi 7,25 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau lebih dari Rp 100 triliun dalam lima tahun terakhir mulai mengalami pukulan telak karena lemahnya ekonomi lokal dan turunnya minat belanja turis.
Di sisi lain, ruang komersial mengalami peningkatan sebesar 10 persen pada periode tersebut, tetapi tingkat kekosongan meningkat menjadi 7,3 persen dari sebelumnya 5 persen.
Para analis industri ritel kemudian memprediksi hal itu akan terus meningkat.
"Anda akan melihat kekosongan begitu memasuki mal ini," kata Goh.
Kondisi tersebut kemudian membuat banyak kasir punya waktu luang bermain game di gawai-gawai mereka. Bahkan akibat sepinya mal tersebut beberapa pegawai toko bisa bermain mini golf di sepanjang koridor.
Setidaknya ada 13 dari 16 unit lantai 5 sebuah pusat perbelanjaan di Orchard Road yang mengalami kekosongan.
Sementara di daerah pinggiran kota sisi barat Singapura, lebih dari dua per tiga dari pusat perbelanjaan bawah tanah yang telah terbuka selama hampir dua tahun, kosong.
Itu semua menandakan bahwa perkiraan yang menyebutkan, jika ekonomi domestik Negeri Singa akan tetap kuat, permintaan dari 5,5 juta penduduknya juga tetap kuat, dan pengunjung ritel dari China, India, dan Asia Tenggara tetap meningkat itu, salah besar.
Bagi Singapura, hal tersebut bukanlah masalah sepele. Grosir dan perdagangan ritel dengan usaha manufakturnya merupakan kontributor terbesar pendapatan produk domestik bruto (PDB) dan juga menjadi salah satu lapangan kerja terbesar di sana.
Tetapi lesunya ekonomi global telah menjadi rem bagi sektor belanja orang Singapura, terutama pekerja dari sektor ekspor yang paling terpukul.
Sementara itu, pembeli dari luar negeri menghabiskan tujuh persen lebih sedikit dalam sembilan bulan pertama 2015 daripada yang mereka lakukan ketika periode sama pada 2014.
Penulis : Ridwan Aji Pitoko
Sumber : New Straits Time Online