Brexit Membuat The Fed Takut Naikan Suku Bunga
Pasca keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Britain Exit/Brexit), berdampak kepada revisi target pertumbuhan ekonomi
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pasca keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Britain Exit/Brexit), berdampak kepada revisi target pertumbuhan ekonomi berbagai negara.
Brexit ternyata juga cukup kuat mempengaruhi kebijakan bank sentral Amerika Serikat The Federal (Fed) dalam menentukan suku bunga.
Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Juda Agung menilai The Fed sampai akhir tahun 2016, tidak punya keinginan yang kuat menaikkan suku bunga.
Hal ini disebabkan adanya Brexit yang merubah strategi belanja berbagai negara berkembang.
"Fed Rate (suku bunga acuan The Fed), setelah adanya Brexit, diperkirakan ditunda kenaikannya maksimal sekali," ujar Juda di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (25/7/2016)
Juda menjelaskan jika The Fed menunda kenaikan suku bunga, otomatis memberikan sentimen positif dari segi moneter.
Karena pasca Brexit, dampaknya begitu kuat terhadap negara-negara di benua Eropa sekarang yang membutuhkan dorongan pertumbuhan ekonomi
"Sehingga memberi sentimen positif bagi sektor keuangan," ungkap Juda.
Juda memaparkan Brexit bisa berpotensi menurunkan pertumbuhan ekonomi global.
Dari prediksi BI kemungkinan ekonomi di dunia global tahun ini hanya tumbuh 3,1 persen, sedangkan tahun depan perkiraan BI turun dari target yakni 3,4 persen ke 3,2 persen.
"Yang perlu dicermati tentu saja respon-respon negara-negara ini terhadap Brexit," kata Juda.
Juda menambahkan jika The Fed menaikkan suku bunga pasca adanya Brexit, akan berdampak kembali kepada perekonomian Amerika Serikat.
"Katakan dampak Brexit terhadap AS cukup signifikan jadi dia juga khawatir kalau kenaikan suku bunga jadi. Karena apresiasi tentu pengaruh ke sektor manufaktur di AS," papar Juda.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.