Kenalan Yuk dengan CEO Bukalapak, Bergaya Nyantai
Berkacamata, rambut mohawk dikuncir ke belakang, bercelana jin, ponsel tak lepas dari genggaman. Begitulah CEO Bukalapak.com, Achmad Zaky.
Penulis: Rahmadhani
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rahmadhani
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Gayanya terbilang santai, kalau tidak dibilang urakan. Kacamata, rambut mohawk dikuncir ke belakang adalah gaya khasnya. Biasanya sedikit janggut.
Memakai kaus oblong, bercelana jin, sepatu kets, plus tas selempang digantung di pundak. Ponsel pintar selalu di genggaman tangan pria ini yang sekilas terlihat konyol.
Begitulah gaya keseharian Achmad Zaky, CEO bukalapak.com, e-comerce online marketplace yang bisa dibilang salah satu yang paling populer di Indonesia.
Layaknya CEO 'kekinian', seperti CEO Facebook Mark Zuckerberg atau mantan bos Apple almarhum Steve Jobs, tak ada kesan formal dari penampilan pria yang satu ini.
CEO Bukalapak.com, Achmad Zaky, usai menjadi pembicara dalam talkshow 'Bisnis Online kenapa Nggak' di Hotel Golden Tulip Banjarmasin yang digelar Banjarmasin Post, Sabtu (3/9/2016) pagi. BANJARMASIN POST/RAHMADHANI
Santai, fleksibel dan gaul adalah kesan pertama melihat pria kelahiran Sragen, Jawa Tengah 24 Agustus 1986 ini saat ditemui usai menjadi pembicara dalam talkshow 'Bisnis Online kenapa Nggak' di Hotel Golden Tulip Banjarmasin, Sabtu (3/9/2016) pagi.
"Kalau begini dibilang style saya, ya memang begini sehari-hari," ujar Zaky santai.
Lulusan Jurusan Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung (ITB) 2008 silam ini sedikit membagi pengalaman awalnya memulai e-comerce bukanlah di dunia marketplace seperti sekarang.
Sekitar 2007 silam, saat masih duduk di bangku kuliah, suami Diajeng Lestari ini mendapat kerjaan sampingan membuat software quick count untuk kepentingan pemilu oleh salah satu televisi swasta.
"Jadi software saya itu bisa kumpulkan data suara dari masing-masing TPS yang dikirim cukup melalui SMS. Sukses waktu itu. Dibayar Rp 1,5 juta. Sudah senang sekali saya nih sebagai mahasiswa," ia mengenang.
Usut punya usut, Zaky mendapat bocoran informasi yang diterimanya, total proyek quick count televisi tersebut ternyata mencapai Rp 300 juta.
"Lalu saya coba naik harga. Ceritanya saya merasa sudah punya nilai jual nih. Ternyata apa. Saya malah tidak dipakai. Soalnya mereka pilih cari mahasiswa lain yang mau dibayar dengan harga segitu, dan memang banyak yang bisa juga bikin software begitu," kata Zaky.
Dari situ dia mendapatkan pelajaran berharga. Di dunia bisnis, khususnya yang berbasis online dan teknologi informasi, harus memiliki sesuatu yang berbeda agar dilirik oleh orang lain.
Otak bisnisnya mulai berpikir untuk mencari sesuatu yang berbeda dan mulai serius untuk terjun di dunia e-comerce. Usai lulus padxa 2008, dia mulai mengembangkan serius bisnis start-up. Semua bisnisnya ia jalani langsung.
Sampai pada 2010, Zaky melihat belum ada sebuah website yang secara serius mewadahi para penjual di Indonesia, seperti sebuah pasar di kehidupan nyata.
Terbesitlah untuk membangun Bukalapak.com. Seperti sudah diketahui bersama, bukapalak.com diambil dari kata lapak yang identik dengan pasar lesehan.
"Cari yang sederhana saja. Lapak itu identik sama buka tikar lalu jualan dan gratis. Nah Bukalapak ya seperti itu, siapapun yang mau jualan, ayo jualan di Bukalapak. Waktu itu perusahaan besar belum ada yang melirik konsep seperti itu" ujarnya.
Tak cuma itu, niat baiknya mendirikan Bukalapak.com adalah untuk mewadahi para penjual yang banyak tak mengerti soal domain atau lainnya.
"Yang tidak mengerti IT pun jadi mudah jualan. Kita wadahi di sana," terang Zaky.
Jatuh bangun dijalani Zaky dalam membangun Bukalapak.com hingga bisa seperti sekarang. Bukalapak awalnya hanya didirikan tiga orang, kini sudah punya 500 lebih karyawan.
Pada 2012 perusahaan e-comerce luar negeri dengan modal yang tidak sedikit mulai ekspansi ke Indonesia. Ini sempat membuat bisnisnya mengalami goncangan.
"Setelah saya bertapa, coba yakinkan diri. Karena kuncinya keyakinan. Ya akhirnya perusahaan saingan kita akhirnya juga tersingkir setelah salah satu web jual beli asal China masuk ke Indonesia. Sekali lagi kreativitas, mencari sesuatu yang berbeda adalah hal yang utama, bukan uang. Kalau manajemen bagus, bisnis lancar, investor yang mendatangi kita," Zaky membagi tips suksesnya.
Sekali lagi dia memotivasi para pebisnis star-up yang baru mulai, agar tidak takut dengan persaingan selama memiliki inovasi, kreatif.
"Persaingan itu bagus. Persaingan yang mendorong saya untuk selalu lapar dan takut. Terus Beron. Ibarat main bola, main di liga kampung dengan di Liga Inggris tentu beda dong. Langsung main di Liga Inggris, pasti terpacu buat belajar dan naik level," ucap dia.
Di Kalsel, khususnya Banjarmasin sendiri sebenarnya punya peluang besar, begitu kata Zaky. Satu yang saat ini belum muncul di Kalsel adalah sosok lokal yang menasional di dunia star-up.
"Kalau sudah ada yang main di level nasional, saya pikir tinggal tunggu waktu yang lain pasti nyusul. Komunitas Bukalapak di Banjarmasin saja saya lihat hari ini tadi bahkan belih besar daripada di Makassar. Paradigmanya harus go nasional dulu," pesan dia.