Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Edan, Ada Tunggakan Royalti Batubara ke Negara Rp 21 Triliun

"Bisa dilihat lima perusahaan generasi satu itu siapa saja, sebut saja Adaro dan lainnya," ungkap Bambang Gatot Ariyono.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Edan, Ada Tunggakan Royalti Batubara ke Negara Rp 21 Triliun
KOMPAS IMAGES
Aktivitas truk pengangkut batubara di kawasan tambang batubara di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, ada tagihan negara berupa dana hasil produksi batubara (DHPB) atau royalti hasil tambang dari lima perusahaan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) generasi pertama. Jumlahnya sekitar Rp 21 triliun.

Besaran angka itu merupakan angka valid hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Kementerian Keuangan dan Kementerian ESDM masih menimbang, apakah tunggakan royalti itu wajib dibayarkan atau tidak.

Dalam Undang-Undang Perpajakan mengatakan, kontrak-kontrak pajak yang muncul kemudian hari merupakan beban pemerintah yang harus di-reimburse.

Menurut Inspektur Jenderal (Irjen) Kementerian ESDM, Mochtar Husein, angka Rp 21 triliun tersebut sengaja ditahan lima perusahaan PKP2B.

Perusahaan merasa memiliki hak juga terkait dengan reimburse Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang mestinya dibayar oleh pemerintah.
 
Angka tunggakan royalti itu mulai tahun 2008-2012. Nah, dalam perjalanan ada perubahan aturan, muncul Peraturan Pemerintah No. 144 tahun 2009 tentang PPN, yang menyebutkan, batubara merupakan barang kena pajak.

Ditambah lagi pajak bahan bakar kendaraan Bermotor (PBBKB) yang  ditanggung  oleh perusahaan PKP2B.

"Angka tersebut valid dan diaudit oleh BPK," terang Mochtar, Senin (31/10/2016).

Berita Rekomendasi

Untuk menengahi tunggakan royalti dengan PPN yang bisa di reimburse, BPK  melakukan audit kembali antara selisih PPN dengan kewajiban royalti lima perusahaan tambang kakap itu.

"Nah PPN yang mereka (perusahaan PKP2B) klaim untuk di reimburse itu masih diaudit BPK," ungkapnya.

Ada nama Adaro

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono menambahkan, ada perusahaan yang memang menunggak royalti.

"Bisa dilihat lima perusahaan generasi satu  itu siapa saja, sebut saja Adaro dan lainnya," ungkap dia.

Namun, dalam kontrak PKP2B Generasi I tidak mengenal adanya aturan PBBKB.

"Yang ada hanyalah iuran pembangunan daerah (Ipeda). Dan itu sudah meng-cover seluruh pajak," urainya.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas