Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Laba Adaro Naik, Tapi Setoran ke Negara Turun

Penurunan royalti yang dibayarkan Grup Saratoga itu dikarenakan penurunan pendapatan bersih sebesar 16%.

Editor: Choirul Arifin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Setoran PT Adaro Energy Tbk (ADRO) ke negara berupa royalti menciut 17% menjadi hanya US$ 181 juta atau sekitar Rp 2,35 triliun (kurs 13.000) dalam sembilan bulan pertama tahun ini. Padahal, laba ADRO hingga kuartal III 2016 naik dibandingkan periode sama tahun lalu.

Royalti yang dibayarkan ADRO ke negara itu meliputi 14% dari total beban pokok pendapatan dalam sembilan bulan pertama 2016, yang sebesar US$ 1,31 miliar atau sekitar Rp 17,03 triliun.

Penurunan royalti yang dibayarkan Grup Saratoga itu dikarenakan penurunan pendapatan bersih sebesar 16%.

Dalam sembilan bulan pertama tahun ini, pendapatan bersih dilaporkan hanya US$ 1,78 miliar, sekitar Rp 23,14 triliun.

Pada periode sama tahun lalu, pendapatan bersih mencapai US$ 2,11 miliar atau sekitar Rp 27,43 triliun.

Menurut Presiden Direktur dan CEO ADRO Garibaldi Thohir, penurunan pendapatan bersih ini disebabkan harga jual rata-rata batu bara yang turun 14%.

“Volume penjualan pun turun hingga mencapai 40 metric ton (Mt),” kata Garibaldi dalam laporan kinerja, Senin malam (31/10/2016).

Berita Rekomendasi

Namun, meskipun pendapatan bersih turun 16%, beban pokok pendapatan turun lebih dalam hingga 22%.

Garibaldi menyampaikan, penurunan beban pokok pendapatan ini dikarenakan upaya-upaya disiplin dan efisiensi biaya operasi ADRO.

Beban pokok pendapatan dalam sembilan bulan pertama 2016 ini tercatat US$ 1,31 miliar, sekitar Rp 17,03 triliun.

Pada periode sama tahun lalu, beban pokok pendapatannya mencapai US$ 1,67 miliar, sekitar Rp 21,71 triliun.

“Dengan demikian, dalam sembilan bulan pertama tahun ini, ADRO masih mencetak laba inti sebesar US$ 281 juta atau sekitar Rp 3,65 triliun,” kata Garibaldi.

Laba inti ADRO naik 23% dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar US$ 228 juta, sekitar Rp 2,96 triliun.

Reporter: Estu Suryowati

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas