BEI Berharap BI 7day Repo Rate dapat Dipangkas Kembali
Bursa Efek Indonesia (BEI) berharap Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan BI 7day Repo Rate
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) berharap Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan BI 7day Repo Rate, seiring beberapa indikator makroekonomi dalam negeri dalam kondisi stabil.
Bank Indonesia sedang melaksanakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 16-17 November 2016 untuk menetapkan arah kebijakan ke depan, satu diantaranya besaran BI 7day Repo Rate yang saat ini di level 4,75 persen.
"Kalau bisa suku bunga BI lebih rendah lagi, selain baik bagi investor, baik juga buat perbankan terkait penyaluran kredit yang berbunga murah," kata Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI, Hamdi Hassyarbaini di Jakarta, Rabu (16/11/2016).
Menurut Hamdi, secara umum kondisi makroekonomi domestik masih berada dalam kategori stabil dan berada pada tren membaik.
"Kalau depresiasi rupiah lebih terpengaruh ke rencana Donald Trump yang akan memperbesar anggaran belanja pemerintah. Jadi secara makro menunjukkan bahwa ekonomi kita bagus," tutur Hamdi.
Hamdi menilai tekanan terhadap rupiah maupun laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya bersifat sementara karena adanya ekspektasi pelaku pasar bahwa suku bunga The Fed akan menaikkan suku bunganya.
Sebelumnya, Bank Indonesia melihat kondisi perekonomian nasional pada tahun depan lebih baik seiring membaiknya indikator makroekonomi dan suksesnya program pengampunan pajak.
"Kami melihat ekonomi tahun depan akan lebih baik dari tahun ini," ujar Direktur Eksekutif Departemen Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Juda Agung.
Juda menjelaskan, kondisi perekonomian dalam negeri pada saat ini berada dalam kondisi cukup baik, dimana pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2016 pada level 5,02 persen dan hingga akhir tahun diperkirakan pada kisaran 5 persen.
"Memang dibandingkan semester pertama lebih lambat karena adanya konsolidasi fiskal, tapi konsolidasi ini tepat di dalam kondisi ketidakpastian ekonomi global," tutur Juda.
Menurut Juda, laju inflasi tahun ini masih terkendali, bahkan hingga Desember 2016 diprediksi tingkat inflasi akan sebesar 3,1 persen, atau lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya di level 3,5 persen.
Terkait dengan kondisi global, kata Juda, Bank Indonesia memandang bahwa kegiatan ekonomi dunia yang masih memiliki ketidakpastian, sulit diharapkan untuk memberikan kontribusi positif bagi ekonomi domestik.
"Dari sisi global memang belum diharapkan, proyeksi pertumbuhan ekonominya 3 persen untuk tahun ini dan tahun depan sebesar 3,2 persen," katanya.