Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

60 Persen Utang Baru Tahun 2017 Diterbitkan di Semester I

Dalam APBN 2017, pembayaran utang tercermin dari nilai keseimbangan primer sebesar Rp 109 triliun.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in 60 Persen Utang Baru Tahun 2017 Diterbitkan di Semester I
KONTAN
ILUSTRASI 

TRIBUNNEWS.COm, JAKARTA- Pemerintah akan kembali menerbitkan empat jenis surat berharga negara (SBN) berdenominasi valuta asing (valas) pada tahun depan.

Rencananya penerbitan SBN valas tahun 2017 akan dibagi di semester pertama dan kedua, berbeda dari tahun ini yang seluruhnya diterbitkan di semester pertama.

SBN valas menjadi salah satu sumber pembiayaan defisit, yang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 ditargetkan sebesar Rp 330,17 triliun atau 2,41% dari produk domestik bruto (PDB).

Total penerbitan surat berharga negara (SBN) netto, baik valas maupun rupiah, di tahun depan ditargetkan sebesar Rp 400 triliun.

Nilai penerbitan SBN tahun depan lebih besar dibandingkan defisitnya, karena sebagian dipakai membayar pokok pinjaman dan bunga utang.

Dalam APBN 2017, pembayaran utang tercermin dari nilai keseimbangan primer sebesar Rp 109 triliun.

Data Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (PPR) Kementerian Keuangan menyebutkan, total penerbitan SBN gross 2017 mencapai Rp 597 triliun.

Berita Rekomendasi

Dari jumlah itu penerbitan SBN denominasi rupiah ditargetkan senilai Rp 477,3 triliun atau hampir 80%. Sementara 20% sisanya atau Rp 119,7 triliun SBN valas.

Dirjen PPR Robert Pakpahan bilang, SBN valas 2017 bisa diperbesar hingga 25% dari total gross.

Untuk semester pertama pihaknya berencana menerbitkan 60,15% dari total gross SBN 2017 baik valas maupun rupiah.

"Dalam rupiah di semester satu 44,6% (dari total gross SBN). Sisanya valas, sekitar 15,4%," katanya, Kamis (24/11/2016).

Berdasarkan hitungan KONTAN, penerbitan SBN semester I-2017 sebesar Rp 359,1 triliun. Sementara SBN rupiah pada periode tersebut sebesar Rp 266,26 triliun.

Sisanya sebesar Rp 92,84 triliun merupakan SBN valas. Artinya, SBN valas yang diterbitkan di semester pertama 2017 hanya 76,86% dari total gross.

"Ini bukan sesuatu yang kaku, kami lihat kondisi market juga lah," tambahnya.

Lebih awal, lebih murah Robert masih belum memastikan SBN akan diterbitkan dalam mata uang asing apa saja.

Yang jelas, ada empat pilihan SBN valas, yaitu global bond, global sukuk, euro bond dan samurai bond.

Empat jenis SBN valas tersebut sama dengan SBN valas yang diterbitkan oleh pemerintah tahun ini. Bedanya, di tahun ini global bond diterbitkan pemerintah mulai akhir tahun 2015 sebagai penarikan utang di awal (pre-funding) sebesar US$ 3,5 miliar.

Pada Maret 2016, pemerintah juga menerbitkan global sukuk senilai US$ 2,5 miliar.

Sementara pada awal dan pertengahan Juni 2016 pemerintah menerbitkan euro bond dan samurai bond masing-masing sebesar € 3 miliar dan ¥ 100 miliar.

Robert juga belum mau memastikan apakah global bond akan diterbitkan akhir tahun ini (pre-funding) tahun 2017.

"Kalau ada penerbitan (global bond) di Desember (tahun ini) kami kategorikan pembiayaan semester satu," katanya.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih berpendapat, akan lebih baik jika pemerintah menarik utang valas di semester I 2016.

Sebab, menurutnya, defisit anggaran Amerika Serikat (AS) tahun depan berpotensi melebar seiring dengan langkah Presiden AS terpilih Donald Trump untuk melakukan ekspansi fiskal melalui pembangunan infrastruktur.

Dengan begitu ada ekspektasi utang AS yang saat ini 80% dari produk domestik bruto (PDB) akan meningkat hingga 150% dari PDB.

Sebagai negara pengutang terbesar, kondisi tersebut bisa mengganggu likuiditas global.

"Lebih tepat jika menarik semua utang (SBN valas) di semester pertama 2017," kata Lana. Hingga akhir September 2017, pemerintahan Trump masih menggunakan anggaran yang dirancang pemerintahan sebelumnya.

Lana memperkirakan, setelah Trump menyampaikan rancangan anggarannya ke parlemen, imbal hasil global berpotensi naik.

Karena itu semakin awal pemerintah menarik utang, biaya lebih rendah.

Reporter: Adinda Ade Mustami

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas