Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Ekspansi Pertamina ke Pasar Luar Negeri Butuh Dukungan Kuat Pemerintah

“Langkah-langlah ini harus ada dukungan Pemerintah demi mendukung ketahanan energi nasional"

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Ekspansi Pertamina ke Pasar Luar Negeri Butuh Dukungan Kuat Pemerintah
ISTIMEWA
Lewat anak usahanya, PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP), Pertamina mencatat keberhasilannya mengelola ladang migas di Aljazair, Irak dan Malaysia. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- PT Pertamina (Persero) kini sedang mengejar target menjadi perusahaan energi kelas dunia (world class company) dengan menjalankan kegiatan bisnisnya berdasarkan prinsip tata kelola korporasi yang baik agar berdaya saing tinggi.

BUMN sektor energi ini menetapkan strategi jangka panjang perusahaan, yaitu ‘Aggressive in Upstream, Profitable in Downstream’ melalui ekspansi di bisnis hulu dan menjadikan bisnis sektor hilir migas lebih efisien dan menguntungkan.

Menurut Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman, banyak hal yang bisa Pertamina lakukan untuk memperbaiki daya saingnya di tingkat dunia. Namun semua strategi yang dijalankan harus ada dukungan kuat pemerintah.

Antara lain dengan mengizinkan Pertamina membereskan sejumlah pekerjaan rumah di bisnisnya di dalam negeri seperti pembangunan kilang minyak dan pengambilalihan blok-blok migas yang sudah habis masa kontraknya.

“Langkah-langlah ini harus ada dukungan Pemerintah demi mendukung ketahanan energi nasional,” kata Yusri Usman, Selasa (6/12/2016).

Dukungan Pemerintah ke Pertamina juga bisa berwujud pemberian kewenangan menguasai aset melalui monetisasi agar aset yang semula kurang bernilai menjadi lebih bernilai.

"Pimpinan Pertamina bisa meminta kepada pemerintah dan DPR untuk membuat payung hukumnya,” kata dia.

Berita Rekomendasi

Ide monetisasi ini diyakini Yusri bisa membantu menaikkan leverage Pertamina di kancah bisnis migas internasional.

Namun direksi Pertamina juga harus membuka diri dan transparan dalam tata kelola manajemen dan keuangannya untuk ekspansi ke luar negeri.

Dia yakin Pertamina mampu melakukannya karena di jajaran direksi Pertamina saat ini sudah masuk Wakil Meteri ESDM Arcandra Thahar yang berpengalaman di bisnis migas.

Di laporan keuangan Pertamina kuartal III tahun disebutkan perseroan telah meneken head of agreement (HoA) dengan Repsol untuk mengembangkan Treated Distillate Aromatic Extract (TDAE) Plant pada Refinery Unit IV, Cilacap.

Pabrik ini berkapasitas 60 ribu ton per tahun TDAE dakan menggarap destilasi ekstrak aromatik (distillate aromatic extract) menjadi bahan karet sintetis dan ban.

Pabrik ini akan mulai beroperasi pada 2019 dengan nilai investasi USD 80 juta.

Pertamina juga terus mendorong program efisiensi breakthrough project (BTP) dengan sejumlah langkah inisiatif yang baru.

Selama kuartal III 2016, program ini menghasilkan penghematan hingga USD 1,6 miliar.

Pertamina tahun ini memprioritaskan sejumlah proyek. Di bisnis upstream dan panas bumi, Pertamina menggarap proyek Matindok Gas Development Project, Jambaran-Tiung Biru Gas Field, dan Geothermal Lumut Balai 1 & 2, Ulubelu 3 &4.

Di midstream dan gas pipeline network, proyek yang digarap adalah Muara Karang–Muara Tawar–Tegalgede (Jawa Barat), dan Gresik – Semarang (Jawa Timur dan Jawa Tengah)
Di downstream, Pertamina menggarap proyek Upgrade on Refinery IV Cilacap (Proyek Langit Biru Cilacap) dan Development of Fuel Terminal in Sambu Island, Operasi di Tiga Negara.

Pertamina lewat anak usahanya, PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP), mencatat keberhasilannya menjalankan bisnis di Aljazair, Irak dan Malaysia.

Direktur Utama PT PIEP Slamet Riadhy, Jumat (16/9/2016) lalu menyatakan, dari bisnis di tiga negara tersebut Pertamina meraih produksi 120.000 barel setara minyak per hari (BOEPD).

Target produk migas pada 2025 dari ladang-ladang yang dikelola PIEP di luar negeri mencapai 600.000 BOEPD. Rinciannya, produksi minyak 420.000 barel per hari dan sisanya gas.

Menurut Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro, akuisisi blok-blok migas di luar negeri akan menjadi salah satu aksi korporasi penting bagi Pertamina.

Di 2030 nanti, dari ladang-ladang migas di dalam dan luar negeri Pertamina memproyeksikan bisa meraih 2 juta BOEPD per hari.

Untuk mengejar target itu, sampai 2030 Pertamina telah menyiapkan anggaran sebesar 146 miliar dolar AS untuk investasi di sektor hulu dan hilir.

Pertamina juga sedang dijajaki kerja sama di Afrika Barat, Timur Tengah, dan Asia Barat serta rencana kerja sama pengelolaan blok migas dengan Rosneth di Rusia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas