Manzone Pakai Cara Unik Jual Produknya Lewat "Visual Merchandising"
Dengan demikian proses padu padan pakaian jadi lebih mudah dan praktis.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Brand lokal pakaian pria, Manzone melakukan cara unik dalam penjualan produknya, lewat teknologi bernama "visual merchandising".
Dengan demikian, proses padu padan pakaian berlangsung lebih mudah dan praktis.
"Cukup berdiri di depan visual merchandising, alat itu akan memandu koleksi Manzone yang ada. Jadi tak perlu buka pakai baju lagi ke kamar pas," kata CEO PT Mega Perintis, pemilik brand Manzone, FX Afat Adinata saat pembukaan tokonya yang ke-96 di Lotte Avenue Jakarta, Jumat (23/12/2016).
Afat menjelaskan, teknologi visual merchandising masih sesuatu yang baru di Indonesia. Ia mengaku bangga menggunakan alat tersebut, karena hasil karya anak bangsa.
"Secara bertahap, alat tersebut akan tersedia di semua store Manzone di seluruh Indonesia," ucapnya.
Penggunaan visual merchandising, menurut Afat, diharapkan tak hanya membangun brand image Manzone, tetapi menjadi 'silent selling' untuk menarik konsumen membeli produk-produk yang tersedia.
"Visual merchandising ini diproduksi Armax, perusahaan pengembang aplikasi “Augmented Reality” yang mana pengguna dapat
mengunduh aplikasi tersebut untuk menikmati sensasi menelusuri marker, logo atau gambar," tuturnya.
Afat menambahkan, produk Manzone mampu menembus pasar dalam negeri dengan cepat, karena memahami selera konsumen dengan mengikuti trend dunia, namun ditawarkan dengan harganya yang terjangkau.
"Jika produk impor dengan kualitas yang sama dengan Manzone, dijual mulai dari hari Rp400 ribu keatas, kami bisa jual dibawah Rp400 ribu," ujarnya.
Ditambahkan, Manzone bisa dijual dengan harga terjangkau karena produk tersebut dibuat di dalam negeri. Selain itu, pihaknya memiliki pabrik tekstil sendiri. Sehingga harga menjadi lebih terkendali.
"Harga kami bisa lebih murah, karena di produksi di dalam negeri, punya pabrik kain dan dijual di toko sendiri," kata Afat menegaskan.
Selain itu, pilihan produk sangat beragam mulai pakaian hingga aksesoris pria mulai dari sepatu hingga ikat pinggang pada rentang usia 16-28 tahun hingga eksekutif usia 35-45 tahun. Bahkan kini Manzone menyediakan sepatu dengan merek Nike dan Adidas untuk memperkuat style yang akan ditampilkan.
"Keberadaan merek Nike dan Adidas di MANZONE membuktikan konsep retail kami sebagai destinasi “one stop shopping for men” tidak bisa lagi dipandang sebelah mata," kata Afat menandaskan.
Ditanya target penjualan, Afat enggan menyebutkan. Namun, ada pertumbuhan penjualan sebesar 20 persen selama 2016. "Penjualan meningkat hingga 2 kali lipat setiap menjelang Natal dan 4 kali lipat jelang Idul fitri. Pada imlek, penjualan naik 1,5 kali," katanya.
Untuk mempertahankan pembeli, lanjut Afat, pihaknya mengeluarkan produk baru setiap 2 minggu. Model dan warna dibuat mengikuti trend luar negeri.
"Model pakaian pria dari tahun ke tahun tak banyak perubahan. Karena itu, kami "main" di motif dan kancing. Ternyata hal itu sangat disukai," ucap Afat konsisten menggunakan katun karena nyaman di badan.