Ini Alasan Airbus Pilih Asia Tenggara Jadi Tempat Pelatihan Terbesar
Pertanyaannya, kenapa Airbus memilih Asia tenggara sebagai tempat pelatihan terbesarnya?
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM - Airbus membangun pusat pelatihan pilot, atau yang diberi nama Airbus Asia Training Center (AATC) pada bulan April tahun 2016 lalu di kawasan Seletar Aerospace Park, Singapura. untuk memudahkan operasionalnya, mereka menggandeng flag carrier Singapura, Singapore Airlines.
Sebelum membuka pusat pelatihan di kawasan Asia Tenggara, Airbus telah lebih dahulu memiliki pusat pelatihan yang sama di Toulouse (Perancis), Miami (Amerika Serikat), dan Beijing (China).
Namun menurut Yann Lardet, General Manager AATC, pusat pelatihan di Asean ini amat spesial lantaran akan menjadi pusat pelatihan terbesar yang pernah dimiliki Airbus.
Pertanyaannya, kenapa Airbus memilih Asia tenggara sebagai tempat pelatihan terbesarnya?
Lardet menjelaskan, perkembangan industri penerbangan bisa diprediksi dengan jelas. Kawasan Asia Pasifik sendiri menjadi kawasan yang pertumbuhan pasarnya paling pesat di dunia.
“Penumpang pesawat terbang di tahun 2035 mendatang diprediksi naik mencapai 36% dari jumlah tahun 2016, atau naik sekitar 5,5% per tahunnya. Hal ini tentu akan meningkatkan permintaan pesawat beserta seluruh kru, termasuk pilotnya,” ujar Lardet di kantor AATC Seletar, Singapura (24/1/2017).
Pertumbuhan pasar tersebut tentu akan diimbangi oleh bertambahnya jumlah pesawat terbang di Asia Pasifik yang akan mencapai 14.500 unit dalam 20 tahun mendatang.
Dengan asumsi satu pesawat diterbangkan oleh 12 pilot, maka dalam 20 tahun medatang jumlah pilot jet di kawasan ini mencapai 176 ribu orang. Saat ini tercatat ada sekitar 68.000 pilot aktif di kawasan Asia Pasifik.
Dari data inilah Airbus optimis membangun pusat pelatihan dengan nilai investasi mencapai USD100 juta di lahan seluas hampir 9.250 m persegi.
“Saat seluruh full flight simulator beroperasi, kami bisa melatih 10 ribu pilot per tahunnya,” jelas Lardet.
Saat ini AATC telah dilengkapi dengan simulator untuk pesawat A320, A330, A380, serta simulator dari pesawat paling gres dari Airbus, yaitu A350XWB.
“Kami lebih fokus pada pesawat berlorong ganda (A330, A350, dan A380) karena ada sekitar 400 unit pesawat berbadan lebar yang masih dalam antrian produksi untuk maskapai di Asia Pasifik,” tambah Lardet.
Setelah satu tahun berjalan, AATC telah melatih pilot dari 28 maskapai di dunia, termasuk Lion Air dan Citilink dari Indonesia. Kebanyakan pilot dilatih untuk transisi ke tipe pesawat Airbus lain, recurrent, dan menjadi instruktur di maskapai masing-masing.