Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pembangunan Pabrik Rembang Dihentikan, Analis: Belum Ada Risiko Operasional Bagi SMGR

"Program percepatan infrastruktur diharapkan bisa menjadi angin segar ke pasar semen"

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Pembangunan Pabrik Rembang Dihentikan, Analis: Belum Ada Risiko Operasional Bagi SMGR
ISTIMEWA
Semen Gresik 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) pada tahun ini berencana menambah kapasitas produksi mencapai 6 juta ton dengan penambahan dua pabrik.

Tapi, pasca pemberhentian izin pabrik di Rembang, kemungkinan kapasitas produksi SMGR hanya naik separuh dari rencana.

Analis Ciptadana Sekuritas Zabrina Raissa dalam risetnya akhir Januari lalu menyebut belum melihat adanya risiko atau dampak terhadap kinerja operasional SMGR akibat penghentian pembangunan pabrik ini.

"Sampai saat ini saya melihat belum ada kegiatan operasi pada pabrik itu," tulis Zabrina.

Apalagi, permintaan semen masih stagnan. Pangsa pasar SMGR pun semakin menurun.

"Makanya tahun ini program percepatan infrastruktur diharapkan bisa menjadi angin segar ke pasar semen," kata Zabrina.

Zabrina memprediksi, penjualan semen tahun ini hanya mencapai 27,48 juta ton. Penjualan semen SMGR masih stagnan, dengan perolehan pangsa pasar 38,9%.

Berita Rekomendasi

Analis JP Morgan Felicia Tandiyono mengatakan, secara operasional memang tidak ada dampak operasional dari pemberhentian pabrik Rembang.

Tapi hal ini menjadi risiko perusahaan tahun ini.Felicia mengatakan, total kapasitas produksi SMGR sudah bertambah menjadi 36 juta ton tahun ini. Hal ini berkat kontribusi dari fasilitas pabrik Indarung VI Sumatra Barat sebanyak 3 juta ton.

Felicia juga meyakini, keputusan pemerintah membatalkan izin operasional pabrik Rembang tidak akan menganggu operasional SMGR.

Apalagi, tahun ini permintaan semen juga diramal hanya tumbuh 4%. Proyeksi tersebut berdasarkan tingkat utilisasi produksi rata-rata 63%-64%.

Peningkatan penjualan baru bisa dirasakan pada semester kedua. Ini dengan asumsi proyek properti dan proyek infrastruktur bergulir.

Setelah melakukan penyetaraan harga bahan bakar minyak di Papua, Presiden Joko Widodo juga menginginkan harga yang setara untuk produk semen di seluruh Indonesia.

Analis NH Korindo Bima Setiaji mengatakan, implementasi rencana ini dapat menjadi katalis negatif untuk jangka pendek. Ongkos angkutan juga jadi masalah untuk implementasi rencana ini.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas