Berburu Batik Tradisional dan Kayu Gaharu di Mangga Dua Square
Mangga Dua Square dibuka tanggal 18 Juni 2005 oleh Gubernur Jakarta Sutiyoso bersamaan dengan peresmian Jakarta Great Sale
Penulis: Eko Sutriyanto
"Tapi ternyata, tempatnya nyaman seperti di mall tapi harga murah meriah. Tadi pakaian yang aku beli sudah ada daftar harganya juga, jadi gak bisalah mau naikkan harga seenaknya," katanya.
Bahkan, saat berkeliling sudah dipisahkan zona-zonanya sehingga tidak kerepotan saat harus mencari barang tertentu.
Berbeda dengan Patricia, Radi asal Arab Saudi sengaja datang ke Mangga Dua Square untuk mencari kayu Gaharu karena sangat dikenal di timur tengah.
Berbagai macam kayu Gaharu berasal dari Kalimantan, Papua, Maluku, dan hutan Sumatera dan umumnya diminati warga asing dan harganya cukup mahal, ada yang Rp 1 juta – Rp 4 juta.
Salah seorang penjual kayu Gaharu, Abdul mengakui wisatawan yang kerap berbelanja di tokonya berasal dari wisatawan timur tengah.
Baca: Sebuah Kios Dekat WTC Mangga Dua Dikabarkan Meledak dan Terbakar
"Terkadang membeli dari 1 kilogram, hingga kuintalan," kata Abdul.
Berbagai kemudahan atau makin tertatanya Mangga Dua Square tidak bisa dilepaskan upaya Agung Podomoro melakukan perombakan sejak mulai dikelola empat tahun lalu.
GM Advertising & Promotion TM Mangga Dua Square, Shindiwaty Mastra Shindiwaty mengatakan, Mangga Dua Square telah beroperasi selama 12 tahun.
"Sejak Agung Podomoro empat tahun lalu, kita lakukan improvisasi dari marketing dan dari pengelolaan gedung. Salah satunya membentuk membagi zoning dan buka zoning baru," ujarnya.
Pusat Busana dan Kayu Gaharu
Awalnya, TM Mangga Dua Square memusatkan diri pada pusat busana muslim modern, menggandeng desainer Indonesia, Itang Yunaz.
Seiring berjalan waktu, merambah batik sutra dan tenun.
"Sekarang zoning-nya kita ubah menjadi Pusat Busana Muslim dan Batik Nusantara Modern," ujarnya.