BTN Turunkan Kredit Bermasalah Lewat Strategi Pemulihan Aset
Direktur BTN Sulis Usdoko, Jakarta, Senin (13/2/2017 mengatakan, ada tiga strategi yang kami lakukan agar NPL bisa di bawah 2,5 persen.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) menargetkan dapat melakukan recovery aset mencapai Rp2,5 triliun hingga akhir tahun ini, sebagai salah satu upaya perseroan menekan kredit bermasalah (NPL) di bawah 2,5 persen.
Direktur BTN Sulis Usdoko, Jakarta, Senin (13/2/2017 mengatakan, ada tiga strategi yang kami lakukan agar NPL bisa di bawah 2,5 persen. Salah satunya lewat strategi pemulihan aset atau assets recovery yang bisa menghasilkan pemasukan sekitar Rp 2,5 triliun.
Strategi tersebut, kata Sulis, yakni pengelolaan karakter kredit konsumer yang lebih mendalam, kemudian pengelolaan NPL yang terpadu dengan melakukan penjualan baik dengan mekanisme lelang maupun peralihan aset kepihak tertentu yang berminat.
Selanjutnya, langkah terakhir dengan melakukan write off atau hapus buku terhadap kredit bermasalah.
"Untuk kredit yang bisa dilakukan write off kami targetkan mencapai Rp600 miliar sampai Rp800 miliar," katanya.
Tercatat, sepanjang tahun lalu BTN memperoleh laba bersih senilai Rp2,61 triliun, naik 41,49 persen secara tahunan dari perolehan laba bersih 2015 senilai Rp1,85 triliun.
Direktur Utama Bank BTN Maryono mengatakan pencapaian positif tersebut ditopang kinerja penyaluran kredit dan penghimpunan simpanan yang mencatatkan pertumbuhan di atas rata-rata industri.
Penyaluran kredit Bank BTN telah mencatatkan kenaikan sebesar 18,34 persen secara tahunan dari Rp138,95 triliun pada akhir 2015 menjadi Rp164,44 triliun di Desember 2016.
"Posisi pertumbuhan tersebut berada di atas rata-rata industri. Pasalnya, Bank Indonesia dalam Analisis Uang Beredar M2 merekam, kredit perbankan nasional hanya naik 7,8 persen (yoy) pada Desember 2016," tutur Maryono.