Warga Bali Tolak Rencana Pembangunan Resort Mewah Milik Donald Trump
Beberapa diantara warga menolak untuk menjual lahan mereka ke mitra bisnis Presiden AS tersebut di Indonesia.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, BALI - Rencana pembangunan real estate luas milik Donald Trump di lokasi yang secara spiritual amat sensitif di Bali telah menuai penolakan dari sejumlah warga lokal.
Beberapa diantara warga menolak untuk menjual lahan mereka ke mitra bisnis Presiden AS tersebut di Indonesia.
Kelompok usaha MNC milik Hary Tanoesodibjo telah membeli tanah di sekitar Nirwana resort yang ada di kawasan Tanah Lot, sebuah daerah yang relatif belum berkembang yang berlokasi sekitar satu jam perjalanan ke arah utara dari lokasi wisata utama di Kuta Bali.
Pembongkaran sebuah resort tua direncanakan akan dimulai pada bulan Agustus, menyusul pembangunan kembali kawasan itu selama tiga tahun yang sebagian akan dioperasikan oleh kelompok usaha milik Donald Trump.
"Ini adalah kompleks besar, lebih dari 100 hektar, untuk membangun hotel, villa, kondominium, juga untuk membangun sebuah klub pribadi atau country club - yang juga akan bermitra dengan Trump," kata Hary Tanoesodibjo kepada ABC.
Tapi sejumlah pemilik tanah lokal mengatakan kepada ABC bahwa mereka tidak akan menjual tanah mereka dengan harga yang ditawarkan.
"Hampir tidak ada warga yang ingin menjual tanah mereka," kata Nyoman Madya, kepala lingkungan Enjung Pura yang lokasinya berdekatan pengembangan kawasan yang direncanakan Trump.
Dia mengatakan perwakilan dari MNC telah mendekati beberapa desa dengan penawaran baik di bawah pasar.
"Mereka tidak bisa menyepakati harga [yang ditawarkan]," kata Madya.
Dia mengatakan pemilik tanah ingin tanah mereka dihargai sebesar Rp 500 juta (sekitar $ 50.000) per are (kawasan seluas 100 meter persegi) sementara mereka hanya ditawarkan harga antara Rp100 juta sampai Rp 150 juta per are (sekitar $10.000 - $15.000).
Daerah itu telah menjadi target dari pengembang property selama puluhan tahun dan dia mengatakan warga desa setempat tahu nilai yang layak dari tanah mereka.
"Di masa lalu ketika mereka ingin membeli tanah, kami seperti harus menjual [tanah kami] ketika mereka sedang mencari lahan berhektar – hektar untuk dibeli, tetapi sekarang ketika perusahaan sedang mencari lahan untuk dibeli, mereka tidak dapat melakukan apa yang sebelumnya pernah mereka lakukan. Warga sudah berpengalaman, "kata Madya.
Seorang warga setempat, Wayan Renri mengatakan ia telah mendengar bahwa "Presiden Amerika" telah membeli hotel [Nirwana Resort].
“Dia menginginkan semua tanah dari sini hingga ke laut – sekitar 3 kilometer. Tapi alasan orang tidak mau menjual adalah karena penawaran harga yang murah.” Kata Renri.
Namun penolakan ini tidak hanya dikarenakan faktor harga saja.
Nyoman Sudina dari desa Nyanyi dapat melihat batas Nirwana Resort dari tanah miliknya. Para pengembang telah membeli ladang di sekitar rumahnya.
"Saya tidak menjual tanah ini. Jika mereka ingin menyewanya mereka bisa," katanya.
“Ini satu-satunya tanah yang kami miliki, ini harta warisan.”
MNC tegaskan pembangunan tetap berjalan
Made Sumaway adalah kepala urusan tradisional di desa Beraban. Ia didekati oleh pengembang MNC tahun lalu untuk memfasilitasi penjualan tanah. Dia mengatakan dirinya menolak tawaran itu.
"Kami tidak ingin orang berpikir bahwa kami mendapat sesuatu dari kesepakatan itu," kata Made Sumaway.
"Jadi saya mengatakan kepada manajemen untuk melakukan kontak langsung dengan warga. Tapi itu tahun lalu dan sejauh ini mereka tidak belum dapat kesepakatan apa-apa karena warga di sini berpikir mereka tidak bisa menjual tanah mereka dan mereka harus menjaga tanah mereka.
"Manajemen mengatakan kepada saya bahwa mereka siap membeli setinggi apapun harga yang ditawarkan. Mereka punya uang. Tapi tak seorang pun bersedia untuk menjual kepada mereka."
MNC bantah pembangunan kembali resort itu tidak terlambat.
"Proses pembebasan lahan kami belum mengalami masalah atau isu-isu di luar negosiasi biasa ketika berhadapan dengan pemilik lahan di Bali," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.
"Sejak kami mengakuisisi Bali Nirwana pada tahun 2013, kami telah memperluas situs ini dan kami akan mempertimbangkan mengakuisisi lebih banyak tanah dan investasi di masa depan jika ada kesempatan baik; Seperti yang kita lakukan di tempat lain di Indonesia"
Staf dari Nirwana resort yang ada saat ini telah diberitahu bahwa pekerjaan mereka akan berakhir pada pertengahan tahun ini.
Hary Tanoesodibjo - yang lebih dikenal dengan sebutan Hary Tanoe – mengatakan Donald Trump dan keluarganya tidak akan memiliki saham keuangan di resort ini, namun sebaliknya akan mendapatkan bayaran untuk menjalankan operasional [resor itu].
"Peran dari organisasi Trump adalah untuk mengoperasikan hotel, klub pribadi dan golf saja. Sementara kesepakatan terkait Villa lebih ke usaha waralaba," kata Hary Tanoe kepada ABC.
Hary Tanoe juga bekerja pada proyek besar milik Trump lainnya di Lido, Sukabumi, Jawa Barat. Menurutnya dua proyek ini memiliki nilai "di kisaran setengah miliar hingga satu miliar dolar".
"Ini proyek terbesar di Asia yang dijajaki oleh organisasi Trump," katanya.
Trump harus hormati tradisi lokal
Made Sumaway mengatakan ia memiliki pikiran terbuka tentang sosok Donald Trump.
"Dari apa yang saya lihat di pemilu AS, ada banyak pro dan kontra tentang dia. Tentang sikap Donald Trump, ada beberapa unsur rasis di sana. Tapi kami tidak terlalu khawatir karena kami memiliki peraturan yang berlaku [disini], kita memiliki kerjasama yang baik, jika dia tidak mengikuti peraturan maka hal-hal tidak akan berjalan dengan baik, "katanya.
Dia mengatakan penting untuk memahami hubungan spiritual warga setempat dengan tanah mereka.
"Ketika kita berbicara tentang tanah di Bali, di mana sebagian besar penduduknya beragama Hindu, tanah memiliki arti yang sangat besar bagi kita semua. Karena hidup adalah tentang mengambil dan memberi dan bahwa itu adalah tanggung jawab orang Hindu, untuk melestarikan tidak hanya tradisi, tetapi budaya dan agama juga, "kata Made Sumaway.
"Sesuatu mengenai orang-orang di sini adalah bahwa ketika mereka tidak membutuhkan uang, mereka tidak akan menjual tanah mereka.
"Itu adalah sikap yang mereka percayai, karena mereka tahu mereka tidak memproduksi tanah. Sesuatu yang membuat memiliki tanah menjadi sangat penting bagi mereka."
Resor milik Donald Trump yang direncanakan pembangunannya terletak di samping salah satu situs Hindu yang paling penting di Bali - kuil di Tanah Lot yang berlokasi di sebuah pulau berbatu sekitar 50 meter dari lepas pantai. Kuil ini hanya dapat diakses selama air surut.
Kedekatan dengan candi ini berarti bahwa setiap pekerjaan yang dilakukan di resor Trump akan diawasi ketat oleh masyarakat Hindu di pulau itu.
"Donald Trump bisa jadi memiliki tradisi dan budaya yang berbeda tetapi setelah ia datang ke sini dia perlu mengikuti kami," kata Made Sumaway.