Banjir IPO, 17 Emiten Baru Akan Melantai di Bursa Efek Indonesia
"Kalau mereka pakai buku Desember, harusnya yang 17 perusahaan ini, semester 1 sudah bisa terbit," ujar Samsul
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bursa Efek Indonesia mencatat ada beberapa perusahaan yang akan menawarkan saham perdananya tahun ini.
Berdasarkan rencana, perusahaan tersebut berasal dari berbagai sektor. Di antaranya seperti energi, properti, retail, dan beberapa lainnya.
Samsul Hidayat, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan beberapa perusahaan akan melakukan penawaran saham kepada publik (initial public offering/IPO). Sebagian perusahaan tersebut merupakan anak perusahaan terbuka.
"Kalau mereka pakai buku Desember, harusnya yang 17 perusahaan ini, semester 1 sudah bisa terbit," ujar Samsul di Bursa Efek Indonesia, Kamis (16/3/2017).
Hanya saja, tidak semua perusahaan menggunakan buku catatan keuangan yang sama. Oleh karena itu, proses penawaran akan beragam. "Kalau yang IPOhari ini (PT Nusantara Pelabuhan Handal Tbk), pakai September. Besok ada yang pakai September juga," katanya.
Samsul menyatakan, dari total 17 perusahaan yang ingin terdaftar semester ini, 14 di antaranya sudah siap dan telah memasukkan berkas. "Kurang tambahan 3 lagi, belum masukin. Tapi sudah 95%," katanya.
BEI menargetkan tahun ini, bisa mendaftarkan 35 perusahaan baru yang bisa listing. Sementara, target semester 1 akan mendaftarkan 17 perusahaan.
Bagi perusahaan yang ingin menawarkan saham, mereka harus mendaftarkan terlebih dahulu ke BEI.
Kemudian, dokumen tersebut akan diproses oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). "Prosesnya di sini dulu, baru OJK," tambahnya.
Selain itu, BEI juga akan melakukan tindakan tegas terhadap emiten yang bermasalah. Sanksi dapat diberikan berupa keputusan delisting kepada emiten yang tidak punya niatan baik untuk memperbaiki diri.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio menyatakan ada emiten yang menunjukkan sikap tidak baik. Namun demikian, BEI akan tetap memberikan kesempatan kepada emiten tersebut untuk berbenah diri.
"Maksimum ada dua (emiten), kalau mereka gak punya niat baik," ujar Tito.
Tito mengatakan, emiten yang termasuk dalam daftar delisting apabila mempunyai masalah finansial berupa utang, tapi dari perusahaan tersebut tidak ada niat untuk memperbaiki diri.
"Sebenarnya kami bisa bantu mereka, gimanapun caranya. Misalnya, kenalkan dengan emiten lain, dan lain-lain," tambah Tito.