Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Kunci Sukses Bisnis Tour & Travel Rudy Lie: Tidak Cari Utangan ke Bank (Bagian 2)

"Sekarang persaingan sangat ketat bagi travel kecil, sekarang e-commerce sudah jual tiket. Lalu, airlines sekarang buka cabang di mal."

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Kunci Sukses Bisnis Tour & Travel Rudy Lie: Tidak Cari Utangan ke Bank (Bagian 2)
KONTAN/DOKUMENTASI PRIBADI
Rudy Lie 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rudy Lie adalah contoh wirausahawan yang sukses merintis bisnis tour and travel dari bawah. Rudy menyatakan, saat ini perusahannya, PT Bet Obaja Internatiinal bekerjasama dengan agen travel yang menjual tiket di Bandung, Jakarta, Surabaya.

"Syaratnya agar tidak bodong harus berbadan hukum dan saya kurangi lagi risikonya jadi 3% sekarang," imbuh dia.

Dia sadar, menjual tiket melalui pihak ketiga memang penuh risiko. Untuk itu, perusahaan terus menjaga risiko dengan cara melakukan sanksi suspend bagi yang tidak benar.

Pihak ketiga harus membayar hasil penjualan dalam tempo yang sudah ditetapkan. "Istilahnya mereka mendapat fee atas penjualan tiket dan kompensasi," imbuh dia.

Meskipun bermitra, pihaknya juga melayani pembelian tiket langsung ke cabang-cabang terdekat di Jakarta, Bandung, dan Surabaya.

Baca: Rudy Lie Mendirikan Bisnis Tour & Travel dari Garasi Rumah

"Sekarang persaingan sangat ketat bagi travel kecil, sekarang e-commerce sudah jual tiket. Lalu, airlines sekarang buka cabang di mal," kata dia.

Berita Rekomendasi

Ia menyatakan, saat ini komposisi bisnis perusahaan untuk bisnis travel disokong dari korporasi dengan pangsa pasar 70%. Pasar ritel hanya 30%. Porsi untuk bisnis tour juga berat ke segmen korporat (60%). Ritel hanya 40%. "Ke depan ritel harus mengejar karena ini bisnis bilangan besar. Kalau bisa 50% korporat dan 50% ritel," ungkap dia.

Saat ini, Obaja sudah mendapatkan banyak perusahaan besar, seperti Astra, Indomobil dan BTPN sebagai klien. "Ada sekitar 300 perusahaan yang kami tangani tour and travel nya. Tahun ini bisa tambah 30 perusahaan lagi," kata dia.

Dia mengatakan, belanja tour and travel perusahaan terbesar memang datang dari perbankan. Adapun yang bisa menjadi klien korporat adalah perusahaan yang nilai belanja minimumnya di atas Rp 300 juta, dan maksimum Rp 3 miliar per bulan.

"BTPN itu saat acara training UMKM sebulan belanjanya Rp 2 miliar waktu itu," kata dia. Bahkan ada klien perusahaan yang belanjanya bisa sampai Rp 20 miliar per tahun.

Dia mengklaim, korporasi yang bekerjasama dengan Obaja sebenarnya sangat diuntungkan. Sebab, pembayaran dan pembelian tiket serta service lain dilakukan oleh Obaja.

"Nanti ada penggantian di bulan berikutnya. Jadi tentu saja kas perusahaan kami saat ini sangat solid. Sebab misalnya kalau sebulan mereka belanja Rp 1 miliar, kami harus siapkan Rp 2 miliar," klaim Rudy.

Kunci solidnya kas perusahaan karena selama ini perusahaan tidak meminjam uang dari perbankan.

Sebab, bila meminjam perbankan, maka margin yang didapat akan tergerus.

Misalnya saja bunga perbankan sebulan 1%, sementara margin dari travel itu 3%-4% gross. "Itu belum menghitung gaji karyawan, biaya listrik dan sewa kantor?" ujar dia.

Marjin dari usaha tur bisa lebih besar, sekitar 7%-10%. Untuk itu, kunci sukses dari bisnis ini adalah mengejar volume. "Kalau nilai omzetnya besar, baru kelihatan marjinnya," imbuh dia.

Untuk itu, Obaja berusaha menjaga cash flow. "Saya bahkan 1 tahun sudah punya cadangan kas untuk gaji karyawan, andai penghasilan bisnis ini zero sekalipun dalam setahun," imbuh dia.

Reporter: Azis Husaini

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas