Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Sri Sujarwati Meraih Omset Ratusan Juta dari Olahan Salak Pondoh

“Saya prihatin, harga buah salak pondoh terus ‘terjun bebas’ saat panen raya,” terang Sujarwati.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Sri Sujarwati Meraih Omset Ratusan Juta dari Olahan Salak Pondoh
NOVA/WIDI NUGROHO
Sri Sujarwati dan produk olahan salak pondohnya. 

Dari sini, Sujarwati pun mulai berani meluncurkan produk kopi biji salak. “Ternyata sambutan pasarnya baik. Saya jual per ons Rp25 ribu untuk 15 kali minum.

Sekarang sudah dikemas dengan aluminium foil sehingga menarik,” lanjut Sujarwati yang tak pernah kekurangan bahan baku kopi salak karena semua olahan pangan yang ia produksi menghasilkan limbah biji salak.

Untuk membuat semua produk dan mendirikan Desa Wisata Dewi Kembar, awal mulanya Sujarwati harus merogoh kocek sendiri sekitar Rp 300 juta.

Dari modal tersebut dipergunakan untuk membeli bahan baku, alat produksi serta tenaga kerja. Mengingat usaha tersebut masih bersifat pemula maka Sujarwati belum percaya diri untuk menggunakan modal dari perbankan maupun investor.

Di sisi lain ia juga masih memiliki kewajiban untuk membiayai sekolah anak-anak yatim piatu yang ia angkat dan asuh. Sebagian anak-anaknya itulah yang kini membantu usahanya.

Toh, usahanya sempat tak ber­jalan mulus dan ia ter­paksa harus jatuh bangun, terutama saat ber­ekspe­ri­men menciptakan produk baru seperti carica dan dodol. Tidak ada yang mengajarinya membuat produk.

“Semua adalah hasil uji coba yang panjang. Kalau gagal, saya bagikan ke tetangga. Satu-satunya pelatihan yang saya dapat adalah membuat carica salak di pabrik carica Wonosobo.

Berita Rekomendasi

Intinya dalam mengelola usaha, jangan pernah berhenti berusaha. Kegagalan adalah suplemen untuk kesuksesan di hari mendatang, terus mencoba untuk mendapatkan hasil terbaik.”

Ketekunannya kini berbuah manis. Tak hanya sukses berbisnis, ia juga sering diun­dang menjadi narasumber.

Awalnya, Sujarwati memakai sistem titip jual ke supermarket dengan sistem bayar konsinyasi. Namun, sistem titip jual rupanya memberatkan keuangan sehingga akhirnya ia memutuskan menjualnya langsung ke konsumen.

Rajin mengikuti berbagai pameran mem­buat produknya akhirnya dikenal konsumen. “Yang paling terasa saat liburan atau lebaran. Pembeli konvoi mampir ke toko saya di Kembang Arum.”

Dipasarkan Sendiri

Tahun 2013, Sujarwati memutuskan mengambil Kre-dit Usaha Rakyat di Bank BRI. Selain untuk me-nambah modal usaha, untuk alat produksi serta kemasan produk.

“Sebelumnya saya belum berani me-ngambil kredit karena takut ti-dak bisa bayar. Namun setelah men-dapatkan pemahaman manfaat da-ri kredit untuk pengembangan usa-ha, maka saya pu-tuskan untuk me-ngambil kredit,” tuturnya.

Halaman
1234
Sumber: Tabloidnova.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas