RI Akan Buka Pelayaran Langsung Davao-Bitung, Tapi Alur Ini Rawan Perompakan
"Akan ada MoU (Memorandum of Understanding / mota kesepakatan) yang akan ditandatangani," ujar Arrmanatha Nasir
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo dijadwalkan mengunjungi Filipina selama tiga hari pada 28 - 30 April mendatang.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Arrmanatha Nasir, menyebut selain untuk menghadiri Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) Asean di Manila, kunjungan tersebut juga merupakan kunjungan balasan Presiden atas kunjungan Presiden FIliina, Rodrigo Duterte ke Indonesia.
Di Filipina, Presiden dijadwalkan menemui Duterte dan sejumlah pejabat lainnya.
Dalam pertemuan tersebut antara lain akan dibahas soal peningkatan kerjasama antara kedua negara, mulai dari kerjasama penanggulangan narkoba, penecegahan aksi teror hingga kerjasama di bidang ekonomi
"Akan ada MoU (Memorandum of Understanding / mota kesepakatan) yang akan ditandatangani," ujar Arrmanatha Nasir kepada wartawan di kantor Kemenlu, Jakarta Pusat, Selasa (25/4/2017).
Di hari terakhir kunjungannya di Filipina, Presiden akan menyambangi Davao. Di kota tersebut Joko Widodo atau yang akrab dipanggil Jokowi akan meresmikan pelayaran kapal barang roll on roll off (Ro Ro), yang akan menghubungkan Davao dan Bitung, Sulawesi Utara.
Dengan jalur baru tersebut, pengiriman barang dari Davao ke Bitung atau sebaliknya akan lebih cepat. Sebelumnya untuk pengiriman barang ke Davao bisa memakan waktu sekitar lima hari, dengan transit terlebih dahulu di Manila.
Pelayaran langsung itu membutuhkan waktu tempuh sekitar 2,5 hari.
Jalur pelayaran tersebut melewati wilayah Filipina Utara, termasuk perairan di sekitar pulau Zulu dan sekitar pulau Tawi-Tawi, di mana banyak terjadi kasus perompakan dan penculikan.
Namun hal itu bukanlah ancaman bagi jalur pelayaran baru kapal barang yang akan diresmikan.
Arrmanatha Nasir mengatakan, kapal yang akan digunakan adalah kapal yang bisa mengangkut sekitar 500 kontainer berukuran 20 feet.
Kapal tersebut adalah kapal yang relatif besar yang diyakini bukan termasuk kapal yang disasar para perompak di Filipina Utara.
"Yang biasa terjadi adalah kejahatan terhadap kapal-kapal kecil, yang bisa diserang dengan speedboat, kalau kapal besar lebih sulit (dibajak)," terangnya.
Walaupun bukan termasuk jenis kapal yang disasar perompak, pemerintah kedua negara tetap akan memberikan pengawalan khusus terhadap kapal barang yang menghubungkan Davao dan Bitung tersebut.