IRESS Tuding Ada Lobi-lobi ke Menteri Jonan untuk Naikkan Harga Gas
"Ada apa ini dengan Jonan. Jangan-jangan ada suap menyuap?" ujar Marwan di Jakarta
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara menduga Kenaikan harga gas ConocoPhillips Indonesia Grissik Ltd (COPI) karena ada lobi ke Menteri ESDM Ignasius Jonan. Apalagi keputusannya menurut IRESS pasca Jonan bertemu petinggi COPI di Amerika Serikat pada Juli 2017.
"Ada apa ini dengan Jonan. Jangan-jangan ada suap menyuap?" ujar Marwan di Jakarta, Kamis (24/8/2017).
Marwan mengungkapkan kenaikan harga gas menyebabkan perusahaan negara merugi Rp240 miliar hingga berakhirnya masa kontrak pada 2019. Hal yang disoroti Marwan selain itu adalah kehadiran Jonan ke Amerika Serikat.
"Ini kita yang punya barang, mereka yang seharusnya datang. Tapi sudah mendatangi, lalu memberikan kenaikan harga. Nah kita ingin KPK mengusut ini," tegas Marwan.
Dari surat no. 5882/12/MEM.M/2017 yang diteken 31 Juli 2017, COPI diperbolehkan menaikan harga jual gas dengan volume 27,27–50 billion british thermal unit per day (BBTUD), dari 2,6 dollar AS per million metric british thermal unit (MMBTU) menjadi 3,5 dollar AS per MMBTU.
Pada sisi lain, selaku penyalur gas PGN tidak diperkenankan menaikan harga jual gasnya ke PT PLN (Persero), pengembang listrik swasta atau independent power producer (IPP) hingga pelanggan rumah tangga.
Sebelumnya diketahui Kementerian ESDM menjelaskan perubahan harga jual gas dari COPI ke PGN berpotensi menambah penerimaan negara sebesar 19,7 juta dollar AS atau berkisar Rp 256 miliar hingga 2019. Rinciannya, 11,4 juta dollar AS dari komponen Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), dan Pajak Penghasilan (Pph) sebesar 8,3 juta dollar AS.
“Pada prinsipnya, gas itu harus ada pembagian yang fair antara operator di hulu dengan operator di midstream. Kalau, misalnya, harga gas di hulu itu kita tingkatkan, itu penerimaan negara naik," ujar Jonan.