Program AirNav Indonesia di Papua Diapresiasi Menteri Perhubungan
Peningkatan pelayanan navigasi penerbangan dilakukan AirNav Indonesia di Papua.
Editor: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Peningkatan pelayanan navigasi penerbangan dilakukan Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Perum LPPNPI) atau AirNav Indonesia di Papua.
Direktur Utama AirNav Indonesia, Novie Riyanto mengatakan peningkatan pelayanan dilakukan melalui berbagai program investasi dalam bentuk modernisasi dan pengadaan peralatan navigasi penerbangan antara lain communication, navigation, surveillance and automation (CNS-A) yang terus digencarkan di Papua.
Hal ini sejalan dengan instruksi khusus Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, untuk melakukan peningkatan pelayanan dan infrastruktur transportasi udara menyeluruh terhadap keselamatan penerbangan di Indonesia bagian timur, khususnya Papua.
“untuk meningkatkan konektivitas, harus dipastikan peningkatan pelayanan lalu lintas udara dapat dilakukan dengan baik, untuk itu infrastruktur transportasi udara akan lebih dikembangkan di Papua” ujarnya.
Menindaklanjuti keseriusan Menteri Perhubungan mengenai peningkatan pelayanan angkutan udara di Wilayah papua inilah AirNav Indonesia terus meningkatkan nilai investasi di Papua dari tahun ke tahun secara signifikan.
Pada tahun 2015 program investasi di Papua hanya sebesar Rp 3,7 miliar, kemudian tahun 2016 meningkat menjadi Rp 54,9 miliar.
“Tahun ini bahkan kembali kami tingkatkan hampir tiga kali lipatnya. Program di dalamnya sudah mengakomodir pula sejumlah bandara-bandara kecil yang potensial dan menjadi tulang punggung bagi roda perekonomian di wilayah Papua,” kata Novie.
Lanjut dia, sejak AirNav Indonesia berdiri, pihaknya memberi perhatian untuk meningkatkan layanan navigasi penerbangan di Papua.
Sehingga, peningkatan kualitas dan kuantitas transportasi udara dapat menekan disparitas harga dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di wilayah ini.
"Tahun ini investasi senilai Rp 136,92 miliar kami kucurkan untuk Papua,” ujar Novie.
Jumlah tersebut meningkat sebesar 149 persen dibanding tahun 2016 yang sebesar Rp 54,98 miliar.
Dalam memenuhi kebutuhan peralatan navigasi penerbangan untuk teknologi surveillance dengan satelit, AirNav Indonesia akan menggunakan produk BUMN dalam negeri yang kualitasnya memang tidak kalah dibandingkan produk luar.
"Ini juga sekaligus sinergi BUMN yang berdampak positif pada pertumbuhan industri dan ekonomi dalam negeri,” ujarnya.
Demikian juga untuk telekomunikasi di Papua yang memiliki ratusan bandara, baik jaringan komunikasi VHF, optik dan satelit Vsat, AirNav akan bekerjasama dengan BUMN bidang telekomunikasi yang mempunyai jaringan terluas di Papua, sehingga efisien dan efektif.
Novie menambahkan, selain peralatan, sumber daya manusia juga menjadi salah satu kunci untuk peningkatan layanan navigasi penerbangan di wilayah Papua.
“Kami telah memiliki road map untuk memenuhi kebutuhan personil navigasi penerbangan. Bahkan untuk di wilayah Papua kami juga meluncurkan program rekrutmen putra-putri terbaik Papua untuk bergabung menjadi personel navigasi penerbangan,” terang Novie.
Dia menjelaskan, AirNav telah memilih sebelas putra-putri terbaik Papua dan saat ini mereka sedang menempuh pendidikan dan pelatihan navigasi penerbangan dengan pembiayaan dan insentif dari AirNav.
Kesebelas putra-putri Papua tersebut kini tengah menempuh pendidikan dan pelatihan di Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbangan (BP3) Jayapura dan diharapkan sudah dapat bekerja pada akhir tahun 2017 ini.
“Nantinya mereka akan kami tempatkan di bandara-bandara terdekat dengan daerah asal masing-masing,” ucap Novie.
AirNav Indonesia akan terus melakukan upaya maksimal dalam meningkatkan layanan navigasi penerbangan di Papua.
“Kami juga akan berkolaborasi dengan seluruh stakeholder penerbangan antara lain regulator, pengelola bandara dan maskapai untuk meningkatkan konektivitas udara hingga ke wilayah-wilayah terpencil di Papua yang cukup sulit ditempuh melalui jalur darat, sehingga kesejahteraan masyrakat di wilayah ini juga dapat meningkat,” tuturnya.
Investasi Soekarno-Hatta
Selain itu, AirNav Indonesia juga terus meningkatkan layanan di bandara tersibuk se-Asia Tenggara, Bandara Soekarno-Hatta.
“Dari sisi prosedur, kami melakukan Performance-Based Navigation (PBN) dengan mengimplementasikan SID RNAV-1 dan STAR RNAV-1. Prosedur ini meningkatkan efisiensi pergerakan pesawat udara sehingga mengurangi penggunaan avtur dan dapat meningkatkan kapasitas ruang udara,” terang Novie.
Selain peningkatan prosedur, AirNav juga melakukan modernisasi peralatan navigasi di Soekarno-Hatta. Di triwulan II tahun 2017, AirNav Indonesia mengoperasikan A-SMGCS (Advance Service Movement Guidance and Control System) level 2 meningkat dari sebelumnya level 1.
“A-SMGCS level 2 beroperasi pada 10 April lalu untuk memantau pergerakan pesawat di darat. Alat ini memberikan guidance dan control yang lebih presisi untuk posisi setiap pesawat dan kendaraan di landasan serta memberikan kepastian jarak antar pesawat dan kendaraan di darat,” jelas Novie.
Sebelumnya, AirNav Indonesia juga memasang radar baru di Soekarno-Hatta.
“Radar sebelumnya berumur 32 tahun, sedangkan usia optimal radar adalah 15 tahun. Kami telah menggantinya dengan jenis terbaru dan berteknologi mutakhir, yakni PSR (Primary Surveillance Radar) tipe ASR-12 dan MSSR (Mono Pulse Secondary Surveillance Radar) tipe IRS 20MP/L,” kata Novie.
Selain itu, AirNav juga menggandeng PT Angkasa Pura II selaku pengelola bandara Soekarno-Hatta untuk bekerjasama dengan operator navigasi penerbangan asal Inggris, NATS-UK untuk meningkatkan kapasitas pergerakan di bandara.
“Peningkatan kapasitas harus dilakukan bersama, tidak bisa AirNav sendiri. Hasilnya melalui kerja bersama AirNav dengan stakeholder lainnya, pergerakan di Soekarno-Hatta terus meningkat,” kata Novie.
Sebelum AirNav Indonesia berdiri, kapasitas slot penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta adalah 52 pergerakan per jam. Setelah AirNav Indonesia lahir, kapasitas slot time meningkat seiring dengan peningkatan prosedur dan investasi yang dilakukan.
Pada 2013, kapasitas slot time meningkat menjadi 68 pergerakan per jam, kemudian kembali meningkat menjadi 72 pergerakan di 2014. Di awal tahun ini mencapai 76 pergerakan per jam dan saat ini sudah bisa mencapai 81 pergerakan per jam.
“Peningkatan slot time ini buah dari kerja bersama,” ucap Novie.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.