Gawat, 90 Persen Telur Ayam Kampung di Pasar Ternyata Palsu
Masalah ini datang karena banyak peternak yang memproduksi telur ayam brakel atau telur ayam Arab dan menjualnya sebagai telur ayam kampung.
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ade M Zulkarnain, Ketua Umum Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli), mengatakan bahwa saat ini peternak ayam kampung menghadapi sebuah masalah lantaran produksi telur ayam kampung tidak sebanyak yang diperkirakan pemerintah.
Masalah ini datang karena banyak peternak yang memproduksi telur ayam brakel atau telur ayam Arab dan menjualnya sebagai telur ayam kampung.
"90 persen telur yang diproduksi dan menggunakan label ayam kampung itu justru bukan ayam kampung. Jadi ada kebohongan publik. Jadi telur itu berasal dari ayam arab atau ayam brakel asal Belgia," tutur Ade kepada KONTAN, Minggu (27/8/2017).
Menurut Ade, hal ini tentu menimbulkan kerugian kepada konsumen dan peternak ayam kampung asli.
Sebab, dengan produksi telur ayam kampung yang sebenarnya sangat kecil harusnya mampu mengangkat harga telur ayam kampung hingga Rp 2.000 per butir di tingkat peternak.
"Karena tindakan itu, produksi telur ayam kampung dipersepsi masih tinggi padahal sebenarnya tidak. Karena itu, kami mengusulkan pemerintah melakukan pengawasan dan penindakan terhadap produk-produk peternakan," ungkap Ade.
Asumsi Pemerintah
Lebih lanjut dia memaparkan bahwa harga telur ayam ras berfluktuasi dalam beberapa bulan terakhir.
Namun kondisi tersebut tidak terjadi pada telur ayam kampung dan telur bebek.
Menurut Ade, harga telur ayam kampung dan telur bebek masih stabil dalam beberapa bulan terakhir.
Ade mengatakan, saat ini harga telur ayam kampung di tingkat peternak masih berkisar Rp 1.300 per butir.
Di tingkat konsumen, harga yang ditawarkan sekitar Rp 2.500-Rp 4.000 per butir.
Sementara itu, untuk harga telur bebek harga di tingkat peternak sebesar Rp 1.400 per butir.
Di tingkat konsumen harga telur bebek menjadi Rp 2.000-Rp 2.500, sementara telur asin menjadi Rp 4.000 hingga Rp 6.000 per butir.
Menurut Ade, harga yang stabil disebabkan efek permintaan dan ketersediaan barang, serta asumsi masyarakat yang beranggapan bahwa telur ayam kampung memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan telur ayam ras.
"Harganya stabil karena ini faktor demand dan supply. Produksi telur ayam kampung tidak begitu besar. Lalu, persepsi masyarakat indonesia yang berpikiran bahwa khasiat telur ayam kampung mempunyai khasiat yang berbeda dengan telur ayam ras," tutur Ade.
Berdasarkan data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2016, produksi telur ayam kampung pada 2016 sebesar 196.100 ton, sementara telur bebek berkisar 323.800 ton.
Menurut Ade, produksi tahun ini tidak akan jauh berbeda dengan produksi tahun lalu.