Modernisasi Sistem Operasi Bandara AP II Bangun AOCC
fungsi AOCC adalah sebagai suatu command center untuk mengawasi operasional di sisi udara dan sisi darat serta mencakup seluruh aktivitas kedatangan d
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Angkasa Pura II (Persero) memulai pendirian Airport Operation Control Center atau AOCC guna mendukung Bandara Internasional Soekarno-Hatta menjadi smart connected airport.
Adapun pendirian AOCC di Gedung 631, Bandara Internasional Soekarno-Hatta ini juga hasil kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan di bandara yang terdiri dari unsur 4A yaitu Airport Operator, Airline Operator, Air Navigation, dan Authorities seperti karantina, bea cukai, imigrasi, kepolisian, dan lain sebagainya.
Terlibatnya seluruh stakeholder bandara karena AOCC mengintegrasikan pengelolaan sumber daya di Bandara Internasional Soekarno-Hatta guna dapat beroperasi secara efektif dan efisien sehingga mengakomodir terwujudnya keselamatan (safety), keamanan (security), pemenuhan atas regulasi (compliance), serta pelayanan (services).
Secara umum, fungsi AOCC adalah sebagai suatu command center untuk mengawasi operasional di sisi udara dan sisi darat serta mencakup seluruh aktivitas kedatangan dan keberangkatan di bandara.
Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin mengatakan AOCC merupakan salah satu upaya AP II dalam mengimplementasikan sistem teknologi informasi di bandara atau disebut dengan pembangunan soft infrastructure.
"Pembangunan soft infrastructure ini guna mengimbangi pembangunan hard infrastructure seperti pembangunan terminal, apron, dan sebagainya yang telah kami lakukan. AOCC juga membutuhkan integrasi dari sistem yang dimiliki masing-masing stakeholder bandara sehingga dapat berjalan secara maksimal," kata Awaluddin dalam pernyataan persnya, Selasa(12/9/2017).
Didirikannya AOCC ini lanjut Awaluddin didasari dari pertumbuhan industri penerbangan yang cukup signifikan setiap tahunnya dan membuat dinamika operasional semakin beragam.
Melalui AOCC yang dapat memantau seluruh aktifitas di bandara secara real time maka kami optimistis seluruh aspek berjalan dengan lancar sesuai regulasi disertai terciptanya ketepatan waktu atau punctuality pada operasional yang berujung pada peningkatan pelayanan kepada maskapai dan juga penumpang pesawat.
Adapun AOCC dilengkapi sejumlah modul seperti Airport Operation Database (AODB), Airport Management System (AMS), Resources Management System (RMS), Network Management System (NMS), Airport Security System (ASS), dan Facility Engineering Management System (FEMS).
Dapat disampaikan, AODB berfungsi menyimpan data operasi kebandarudaraan, lalu AMS dan RMS berfungsi memonitor dan mengendalikan operasional bandara beserta pengaturan penggunaan resources semisal parking stands, boarding lounge, dan check-in counter.
Sementara itu, NMS menampilkan kinerja jaringan dan perangkat teknologi informasi dalam mengelola serta mendistribusikan data operasi ke sejumlah stakeholder, dan FEMS berfungsi untuk memonitor, mengendalikan dan mengelola kehandalan fasilitas-fasilitas utama bandara.
Di samping modul-modul tersebut, fasilitas yang terdapat di AOCC antara lain CCTV room, Emergency Situation Room, Meeting Room, dan Airport People Movers System Control Room.
“AOCC juga merupakan pusat koordinasi seluruh stakeholder bandara seperti maskapai, imigrasi, bea dan cukai, karantina, otoritas bandara, tenant, kepolisian, transportasi antarmoda, operator kargo, dan sebagainya, sehingga sesuai dengan konsep dalam industri bandara dikenal dengan Airport Collaboration Decision Making atau A-CDM,” ujar Muhammad Awaluddin.
Sementara itu Direktur Keselamatan, Keamanan, dan Standardisasi AirNav Indonesia Yurlis Hasibuan mendukung penuh pembentukan AOCC ini.
"Kami siap mengintegrasikan sistem yang dimiliki Airnav dengan sistem di AOCC guna mendukung keselamatan dan keamanan." ujarnya.
Kasubdit Penyelenggaraan dan Pelayanan Bandara Udara Kementerian Perhubungan Agustono mengatakan AOCC perlu menyatukan SOP diantara stakeholder.
"Kami juga akan mendukung dari sisi regulasi terkait dengan pendirian AOCC ini.”kata Agustono.
Bandara Internasional Soekarno-Hatta dengan jumlah penumpang pesawat mencapai sekitar 60 juta orang per tahun merupakan bandara tersibuk di Indonesia, di mana saat ini AP II tengah melakukan berbagai pengembangan di bandara tersebut guna meningkatkan daya saing diantara bandara-bandara lain di kawasan Asean.
Pengembangan yang dilakukan di samping pembangunan secara fisik juga mencakup pembangunan sistem teknologi informasi guna menjadikan bandara ini sebagai Smart Airport.
Sebanyak 1.300 pergerakan pesawat per hari atau 76 pergerakan pesawat per jam dengan jumlah penumpang sekitar 760.000 per hari, dan akan semakin tumbuh ke depannya, Bandara Internasional Soekarno-Hatta membutuhkan pendekatan dari sisi teknologi informasi guna memastkan kelancaran operasional dan tetap terjaganya pelayanan sehingga prioritas pembangunan AOCC ada di bandara ini.