Rekomendasi Ekonom: Pemerintah Perlu Ketatkan Ikat Pinggang di 2018
"Untuk debt maturity jatuh tempo satu tahun itu kenaikannya hampir 3%, ini berarti tahun depan ada banyak utang yang harus dibayarkan."
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mengacu data indikator risiko utang yang dirilis Kementerian Keuangan dikatakan, per Agustus 2017 terdapat kenaikan untuk beberapa indikator. Interest rate risk dikatakan naik menjadi 19% dari sebelumnya 17,5% di Agustus 2016.
Untuk debt maturity 1 tahun juga mengalami kenaikan dari 6,5% menjadi 9,4%. Untuk debt maturity dalam jangka 3 tahun pun naik dari 22,7% , menjadi 23.9%. Terakhir, debt maturity untuk jangka waktu 5 tahun pun naik dari 36% menjadi 39,2%.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, meski dengan beragam kenaikan ini, utang Indonesia masih terhitung aman.
Lana menyarankan, pemerintah mengetatkan pengeluaran tahun depan.
"Untuk debt maturity jatuh tempo satu tahun itu kenaikannya hampir 3%, ini berarti tahun depan ada banyak utang yang harus dibayarkan. Jika banyak bayar utang, berarti harus diatur defisit anggarannya hingga ke pengeluarannya," ujar Lana ketika dihubungi KONTAN, Minggu (24/9/2017).
Baca: Pembangunan Infrastruktur Digencarkan Tak Menjamin Ekonomi Tumbuh
Baca: Kasus SKL Bank BDNI, KPK Periksa Mantan Deputi dan Sekretaris BPPN
Pada kenaikan debt maturity jangka waktu tiga tahun terdapat kenaikan 1,2% dibanding tahun lalu. Menurut Lana, hal ini wajar karena jangka waktu yang lumayan lama sehingga kenaikannya pun tidak terlalu besar.
Namun, kenaikan pada debt maturity jangka waktu 5 tahun yang sebesar 3,2% perlu diwaspadai menurut Lana.
"Untuk utang jatuh tempo di tahun itu sebagian besar pemiliknya adalah asing dan ada potensi asing akan keluar serta isu global tentang potensi suku bunga yang cenderung naik karena The Fed berencana menurunkan neracanya. Jadi, harus dipertimbangkan yang satu ini," kata Lana.
Untuk kenaikan interest rate risk, menurut ekonom Samuel Aset Manajemen, hal ini merupakan kewajaran mengingat kenaikan ini memang mengikuti obligasi pemerintah Amerika Serikat yang memiliki rating risk free AAA (triple A) sementara Indonesia baru BBB- (triple B minus) dan suku bunga obligasi di AS saat ini sedang mengalami peningkatan.
"Jika ingin interest rate turun, rating kita dari S&P dan Fitch Ratings harus naik mau-tidak mau, baru bisa turun," katanya.
Meski Lana berpandangan utang Indonesia masih terbilang aman, tetapi ia mengatakan, pemerintah harus bekerja keras untuk menarik penerimaan tahun depan.
Banyak utang yang jatuh tempo di tahun depan, sementara penerimaan pajak dalam lima tahun terakhir belum pernah mencapai target lagi.
"Pemerintah harus benahi sistem pajak karena hingga kini dari total 110 juta penduduk Indonesia yang bekerja, baru sekitar 28 juta penduduk yang memiliki NPWP, belum lagi kalau dihitung yang menyerahkan SPT dan lainnya, semakin sedikit lagi yang membayar pajak," kata dia.
"Jika tidak (dibenahi), berarti harus kurangi defisit anggaran, ini berarti juga mengurangi pengeluaran," imbuhnya.
Reporter: Choirun Nisa