Analogi Kodok Arcandra Tahar Tentang Turunnya Aktivitas di Hulu Migas Indonesia
Ia menceritakan, jika kaki kodok satu persatu diamputasi, kemampuannya melompat akan turun, tetapi amputasi tidak menyebabkan kodok tersebut turun.
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengakui adanya penurunan aktivitas bisnis di sektor hulu migas. Aktivitas eksplorasi dan eksploitasi migas di wilayah kerja (WK) oleh para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S) turun.
Arcandra mengatakan, rendahnya harga minyak dunia bukan penyebab alasan penurunan tersebut mengingat di negara lain kegiatan di hulu migas masih bertumbuh.
"Jangan kita salahkan oil price yang rendah, karena di negara lain KKKS masih bisa tumbuh walaupun perlahan," ungkap Arcandra.
Untuk menjabarkan alasan penurunan kegiatan eksplorasi Arcandra menganalogikannya dengan seekor kodok.
Ia menceritakan, jika kaki kodok satu persatu diamputasi, kemampuannya untuk melompat akan turun, tetapi amputasi tidak menyebabkan kodok tersebut tuli.
Baca: Alexander Rusli Membawa Indosat Ooredoo dari Zona Merah ke Zona Hijau
Baca: Seperti Ini Alur Dugaan Aliran Duit Proyek e-KTP ke Setya Novanto Lewat Keponakannya
"Ada sebuah cerita, tentang kodok berkaki empat. Kodok kakinya dipotong satu, diteriakin lompat dia akan loncat. Dipotong kedua dia teriak lompat, dia lompat lagi, kaki ketiga dia lompat lagi. Kaki keempat dipotong dia diam saja. Apa kodok akan jadi tuli kalau keempat kakinya dipotong?," kata Arcandra mengawali perumpamaannyadi Kantor SKK Migas, Jalarta Selatan, Jumat (29/9/2017).
Maksud Arcandra adalah, menurunnya eksplorasi dan eksploitasi bukan karena faktor eksternal seperti harga minyak bumi yang menurun atau yang diibaratkan tidak tulinya akibat kakinya di amputasi.
Namun karena banyaknya peraturan yang menghambat keinginan kontraktor melalui eksplorasi.
"Jangan kita salahkan oil price yang rendah. Sama seperti cerita kodok. Dia tidak bisa melompat bukan karena budeg, tapi karena kakinya diamputasi. Bahwa memang terjadi penurunan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi, yang bisa kita harapkan, jangan sampai penurunan terlalu tajam," tutup Arcandra.
Adapun detilnya, pada tahun 2014, total biaya eksplorasi mencapai Rp 31,01 triliun dengan rincian Rp 12,9 triliun di WK eksplorasi dan Rp 18,11 triliun di WK eksploitasi.
Sedangkan pada tahun 2016, jumlahnya turun menjadi Rp 13 triliun yang meliputi Rp4,2 triliun di WK Eksplorasi dan Rp 8,8 triliun di WK eksploitasi.
Hingga saat ini jumlah K3S tercatat sebanyak 270 dengan rincian, 87 KKKS masuk dalam fase eksploitasi, dan 183 KKKS masih dalam tahap eksplorasi, baik konvensional sebanyak 130 kontraktor dan non konvensional sebanyak 53 kontraktor.