Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pariwisata di Kabupaten Natuna Tertinggal, Begini Respon PLN

Sektor pariwisata di Kabupaten Natuna jauh tertinggal dibanding Kabupaten Anambas dan Bintan di Provinsi Kepri.

Penulis: Y Gustaman
zoom-in Pariwisata di Kabupaten Natuna Tertinggal, Begini Respon PLN
Tribunnews.com/Y Gustaman
Pulau Tanjung Batang satu dari 27 berpenghuni di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. 

TRIBUNNEWS.COM, NATUNA - Elektrifikasi yang belum merata membuat sektor pariwisata di Kabupaten Natuna jauh tertinggal dibanding Kabupaten Anambas dan Bintan di Provinsi Kepulauan Riau.

Kabupaten Natuna terdiri dari 154 pulau, 27 di antaranya berpenghuni sementara sisanya 127 tidak berpenduduk.

Asisten I Bidang Pemerintahan Sekretariat Daerah Kabupaten Natuna, Abdullah, menjelaskan tak sedikit investor menanyakan jaminan pasokan listrik untuk investasi mereka di bidang pariwisata.

Kebanyakan mereka enggan berinvestasi jika jaminan pasokan listrik untuk perhotelan dan lainnya belum pasti. Para investor keberatan dan mengaku akan keluar ongkos lebih besar jika sekaligus menanggung ketersediaan listrik.

"Pariwisata di sini baru mulai. Sekarang yang terpenting listrik dan komunikasi. Karena kelistrikan mendongkrak semua, itu paling utama dan harus mendahului," ungkap Abdullah, Kamis (19/10/2017).

Menurut dia, ketersediaan listrik juga mendorong ekonomi dan produksi nelayan. Ia mencontohkan, belum maksimalnya elektrifikasi membuat nelayan di Kabupaten Natuna, terutama di pulau-pulau kecil, sulit memenuhi kebutuhan es untuk mengawetkan ikan hasil tangkapan.

Kabid Destinasi Pariwisata Kabupaten Natuna, Toni Yulifandri, menambahkan pihaknya dibantu Kementerian Pariwisata untuk fokus pada pembangunan 11 lokasi objek wisata mengusung konsep MEA (marine, ecology, archeology).

Berita Rekomendasi

Potensi wisata tersebut tersebar di sejumlah pulau meliputi wisata bahari dan air terjun.

Listrik menjadi kendala pariwisata di Kabupaten Natuna tak berjalan baik. Dinas Pariwisata sejatinya sudah membentuk kelompok sadar wisata untuk pembuatan suvenir, kuliner dan lain sebagainya.

"Kita berikan mereka pelatihan dan bantuan alat-alat pembuatan kuliner dan suvenir tapi butuh listrik," ungkap Toni.

"Di pulau besar (Ranai) tak ada kendala. Tapi di luar Natuna jadi kendala karena listriknya pagi sampai sore padam," Toni menambahkan.

Manager SDM dan Umum PLN Kepri dan Riau, Dwi Suryo Abdullah, mengatakan pihaknya berkomitmen mendukung pariwisata di Kepulauan Natuna.

"Khusus untuk mengoperasikan mesin atau peralatan pembuat suvenir bisa dipusatkan pembuatannya di pulau besar, Natuna, karena listriknya sudah menyala 24 jam," ungkap Dwi.

Nantinya, hasil suvenir tersebut disebar ke masing-masing pulau. Ia meyakini operasional listrik untuk pembuatan suvenir ditaksir Dwi tidak lebih dari 100 kilowatt.

Saat ini ketersediaan listrik di pulau besar Natuna sebesar 6,5 megawatt. Sementara yang baru digunakan 5,8 megawatt. Dari ketersediaan pasokan yang sudah ada, PLN pada Oktober nanti siap mengoperasikan PLTD Selat Lampa kapasitas 5 megawatt.

Soal rencana pembangunan sejumlah resor dan homestay di Kabupaten Natuna sebagai penunjang pariwisata PLN masih menunggu kepastian lokasi dan berapa kebutuhan listrik yang dibutuhkan.

"PLN akan menyesuaikan kebutuhan listriknya. Tahun ini saja PLN menambah kapasitas pembangkit di Natuna 13.500 kilowatt tersebar di 8 pulau. Harapannya ini menumbuhkan ekonomi baru di masing-masing pulau," Dwi menambahkan.

Ia merinci kapasitas pembangkit listrik tersebar di Pulau Natuna 5500 kw termasuk di Klarik dan Selat Lampa, Pulau Midai 500 kw, Pulau Laut 1500 kw, Pulau Tiga Timur 1000 kw, Pulau Tiga 1500 kw, Pulau Sedanau 1000 KW, Pulau Serasan 1000 kw, dan Pulau Subi 1500 kw.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas