Analis: Dolar AS Hadapi Ketidakpastian
"Peningkatan inflasi dan penjualan ritel dapat mengangkat optimisme terhadap ekonomi AS dan memperkuat dolar," ungkap Lukman Otunuga
Penulis: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perdangan valas hari ini, Kamis (16/11/2017) merupakan kondisi yang kurang menguntungkan bagi dolar AS. Hal ini lantaran dolar tengah ketidakpastian tentang proposal reformasi pajak yang eksesnya sangat mengganggu nilai tukarnya.
Dolar merosot tajam pada perdagangan hari Selasa (15/11/2017) karena isu pemangkasan pajak korporat AS dapat tertunda menjadi bukti sensitivitas dolar terhadap ekspektasi proposal reformasi pajak AS.
Bulls saat ini kekurangan inspirasi untuk bergerak, namun bisa mendapat motivasi Rabu ini apabila inflasi konsumen dan penjualan ritel AS melampaui ekspektasi.
"Peningkatan inflasi dan penjualan ritel dapat mengangkat optimisme terhadap ekonomi AS dan memperkuat dolar," ungkap Lukman Otunuga, research analyst FXTM.
Baca: Urai Macet Parah Pasca Insiden Rambu VMS di Km 15, Jasa Marga Berlakukan Contraflow
Lukman menjelaskan, dari sudut pandang teknis, Indeks Dolar tergelincir di hari Selasa menuju 93.80. Penurunan berkelanjutan di bawah support 94.00 dapat memicu penurunan lebih lanjut menuju 93.50.
Dalam skenario alternatif, bulls perlu mendorong harga kembali melampaui 94.50 agar dapat kembali berkuasa.
Tren harga emas
Sementara itu, komoiti emas diperdagangkan menguat di Selasa kemarin nkarena dolar AS yang rentan melemah dan pasar saham yang sedang lesu. Nuansa waspada karena ketidakpastian terkait prospek reformasi pajak AS dapat membuat investor kembali melirik aset safe haven dan mengangkat harga emas.
Dari sudut pandang teknis, harga telah melampaui level resistance $1280. Jika bulls dapat mempertahankan kendali di atas level ini, maka level target berikutnya adalah $1289 dan $1300.
Sebaliknya, jika bulls gagal memegang kendali di atas $1280 maka akan memicu penurunan menuju $1267.
Terkait dengan prospek ekonomi Indonesia, Lukman mengatakan, optimisme terhadap ekonomi Indonesia sangat menguat di hari Rabu kemarin menyusul rilis surplus perdagangan sebesar $0.9 miliar di bulan Oktober.
Karena Indonesia mencatat surplus selama tiga bulan berturut-turut hingga Oktober, maka sentimen terhadap ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini akan semakin baik.
Nilai impor melampaui estimasi pasar dengan peningkatan sebesar 23.33% dan menyiratkan bahwa konsumen terus berbelanja dan ekspor terus meningkat di level 18.39% sehingga mendukung potensi pertumbuhan PDB.