Analis: Holding BUMN Tambang untuk Efiensi Bisnis
Analis Binaartha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta menilai, sebagai langkah perseroan untuk bisa meningkatkan efisiensi bisnisnya
Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rencana Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membentuk enam investment holding di sektor bank, energi, tambang, jalan tol dan konstruksi, perumahan, serta pangan semakin serius.
Dari enam holding tersebut, holding sektor pertambangan akan menjadi yang pertama terbentuk.
Pasalnya, tiga perusahaan pelat merah pertambangan yang sahamnya melantai di Bursa Efek Indonesia, yakni PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA), PT Timah (Persero) Tbk (TINS), dan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) guna meminta persertujuan para pemegang sahamnya tentang perubahaan anggaran dasar.
Menanggapi rencana holding tersebut, Analis Binaartha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta menilai, sebagai langkah perseroan untuk bisa meningkatkan efisiensi bisnisnya.
"Perseroan bisa jadi lebih efisien dalam menjalankan bisnis untuk memaksimalkan kinerja," ujar Nafan, Kamis (16/11/2017) di Jakarta.
Lebih lanjut, dengan terbentuknya holding BUMN Tambang, perseroan bisa melakukan ekspansi bisnisnya.
Sementara itu, di sisi lain, terbentuknya lepasnya status BUMN juga menjadi salah satu kelemahan emiten harus secara mandiri mencari pendanaan yang bukan dari pemerintah.
"Emiten juga harus mencari proyek-proyeknya secara mandiri," tambah Reza.
Sebagaimana diketahui, rencana holding BUMN sempat direspon negatif pasar, ditengarai, perubahan status perseroan menjadi salah satu pemicu kekhawatiran investor. Namun, menurut Nafan, yang terpenting adalah perseroan tetap mempertahankan kinerja secara positif.
"Selama kinerja fundamental perusahaan positif dan prospek bagus ke depannya, kekhawatiran itu akan terkikis dengan sendirinya," pungkas Nafan.