Kepala Bappenas: Kawasan Industri Perlu Didekatkan dengan Sumber Energi Terbarukan
Kebijakan Energi Nasional (KEN) menetapkan target ambisius untuk porsi energi terbarukan dalam bauran energi nasional sebesar 23 persen pada 2025
Editor: Choirul Arifin
![Kepala Bappenas: Kawasan Industri Perlu Didekatkan dengan Sumber Energi Terbarukan](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/bambang-ps-brodjonegoro_20171116_121444.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, dari sisi perencanaan, Indonesia perlu melakukan terobosan dengan mendekatkan kawasan industri ke sumber-sumber energi terbarukan.
Karenanya, perlu koordinasi antarkementerian dan lembaga untuk menghasilkan kebijakan yang komprehensif dan holistik.
"Harus ada koordinasi yang lebih intensif antara kementerian yang berurusan dengan sektor industri dan sektor energi dalam membangun industri berbasis energi terbarukan, sehingga pengembangan kawasan industri dapat lebih diarahkan ke lokasi dengan potensi energi terbarukan yang besar," kata Menteri Bambang saat memberikan keynote speech do Forum Diskusi Kadin 'Kebijakan Pembangunan untuk Mendukung Energi Terbarukan' di Bonn, Jerman, Selasa (14/11/2017).
Bambang menjelaskan, saat ini perkembangan energi terbarukan menghadapi banyak tantangan, tercermin dari lambatnya pertumbuhan kontribusi energi terbarukan terhadap pasokan energi nasional, dari 6 persen pada 2014 menjadi hanya 7 persen pada 2016.
Sementara, Kebijakan Energi Nasional (KEN) menetapkan target ambisius untuk porsi energi terbarukan dalam bauran energi nasional sebesar 23 persen pada 2025 dan meningkat menjadi 31 persen pada 2050.
Pengembangan energi terbarukan jadi makin penting karena seluruh dunia sudah berkomitmen pada tahun 2015 untuk mengurangi emisi karbon, menerapkan ekonomi hijau, mengurangi kemiskinan yang berujung pada pembangunan berkelanjutan.
Energi juga berperan sebagai faktor esensial dalam pembangunan berkelanjutan dan mengatasi kemiskinan.
"Dalam Sustainable Development Goals, yang secara khusus memasukkan energi dan tujuannya, meminta seluruh negara untuk memastikan akses energi yang terjangkau, andal, modern dan berkelanjutan bagi semua," ungkapnya.
Pengembangan energi terbarukan juga penting karena produksi minyak dan gas terus menyusut selama 10 tahun terakhir dan Indonesia menjadi negara importir.
Di tahun 2021-2022 mendatang Indonesia akan menjadi negara net importir gas seiring peningkatan permintaan konsumsi gas domestik.
Bambang menambahkan, pembiayaan menjadi tantangan dalam mencapai transformasi produksi dan penggunaan energi nasional.
Program Sektor Lingkungan, Program Pertumbuhan Hijau, dan Millennium Challenge Account adalah beberapa kegiatan pendukung pembiayaan yang dapat membantu pengembangan energi terbarukan.
“Bbanyak negara donor tertarik untuk membantu Indonesia mengembangkan kapasitas energi terbarukannya. Karena itu kita perlu mempercepat pemanfaatan dana hibah internasional itu dengan terus memperkuat manajemen kelembagaannya," katanya.
Tantangan lainnya, lanjut Bambang, adalah mengembangkan teknologi energi terbarukan di Indonesia. Menurutnya, tanpa dukungan teknologi yang baru, bersih, dan efisien, Indonesia akan tetap bergantung pada teknologi dan peralatan impor.
Ia menambahkan, dukungan teknologi yang aplikatif dan efisien sangat diperlukan untuk pengembangan energi terbarukan.
Usaha ke depan perlu difokuskan pada penelitian dan pengembangan sumber energi terbarukan yang banyak tersedia di Indonesia dan teknologi yang mudah dioperasikan bahkan di daerah terpencil dengan menggunakan peralatan sederhana.
Bambang juga menegaskan,, energi terbarukan dan efisiensi energi tidak lagi merupakan sektor yang hanya dipromosikan oleh pemerintah.
Meningkatnya tingkat investasi global dan fakta bahwa sebagian besar modal berasal dari pelaku keuangan konvensional menunjukkan bahwa pilihan energi berkelanjutan sekarang menjadi mainstream.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.