Pemerintah Harus Pastikan Ketersediaan Daging Sapi dengan Harga Terjangkau
Pemerintah harus bisa memastikan ketersediaan daging sapi dengan harga terjangkau.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah harus bisa memastikan ketersediaan daging sapi dengan harga terjangkau.
Hal ini penting mengingat komoditas pangan yang satu ini memiliki banyak manfaat, salah satunya sebagai makanan yang mengandung banyak gizi yang diperlukan untuk mendukung tumbuh kembang anak.
Namun harga daging sapi yang terus tinggi membuat tidak semua keluarga bisa mengonsumsinya. Setelah melakukan berbagai cara, seperti menetapkan harga acuan dan membentuk satuan tugas (satgas) pangan, pemerintah tetap belum bisa menurunkan harga daging sapi.
Harga komoditas yang satu ini tetap tidak bisa mencapai angka Rp 80.000 per kilogram, seperti yang sudah ditargetkan.
Dalam delapan tahun terakhir, harga daging sapi di Tanah Air selalu lebih tinggi daripada harga daging di pasar internasional. Harga daging sapi di Indonesia pada Agustus 2017 adalah Rp 108.072 per kilogram.
Sementara harga daging sapi di pasar internasional adalah Rp 55.746 per kilogram. Sementara itu pada Januari 2016, harga daging sapi di Indonesia adalah Rp 104.120 dan harga di pasar internasional adalah Rp 48.560.
Kepala Bagian Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hizkia Respatiadi mengatakan, menu dengan bahan dasar daging sapi sudah umum di kalangan masyarakat Indonesia.
Bahan pangan yang satu ini selalu menjadi olahan favorit keluarga Indonesia, terutama di acara-acara istimewa. Daging sapi memiliki banyak kandungan gizi, seperti protein yang berfungsi menjaga sistem kekebalan tubuh, membentuk jaringan tubuh dan turut membantu perkembangan otak.
Selain itu, lajut Hizkia, makanan yang satu ini juga mengandung zat besi yang berfungsi untuk menjaga sistem kekebalan tubuh dan membantu tumbung kembang anak.
“Karena manfaatnya yang banyak, sebagaimana komoditas pangan lainnya, pemerintah harus bisa memastikan ketersediaan daging sapi berkualitas dengan harga terjangkau di masyarakat. Dampaknya bisa sangat serius untuk anak yaitu menghambat tumbuh kembangnya,” ungkap Hizkia.
Anak membutuhkan asupan gizi yang pas dan seimbang selama masa pertumbuhan. Tidak hanya untuk pertumbuhan fisiknya saja, asupan gizi tersebut juga dibutuhkan untuk mendukung berbagai kegiatannya.
Kurangnya pemenuhan gizi pada anak bisa berakibat buruk pada perkembangannya. Salah satu akibat kekurangan gizi adalah stunting.
Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama. Hal ini umumnya terjadi karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.
Keadaan ini tidak boleh dianggap sepele. Selain menghambat pertumbuhan, stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak yang tidak maksimal. Hal ini menyebabkan kemampuan mental dan belajar menjadi tidak maksimal dan berakibat pada prestasi sekolah yang buruk.