Melalui Holding, BUMN Tambang Lebih Mudah Diawasi Kinerjanya
Direktur Pelaksana Lembaga Management FEB Universitas Indonesia Toto Pranoto menilai rencana pemerintah untuk membentuk holding pertambangan sudah tep
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Pelaksana Lembaga Management FEB Universitas Indonesia Toto Pranoto menilai rencana pemerintah untuk membentuk holding pertambangan sudah tepat.
Karena, upaya ini ditengarai menciptakan banyak nilai tambah berupa sinergi dalam aspek operasional, keuangan, serta kerjasama lainnya.
"Span of control pengawasan dan monitoring terhadap BUMN bisa lebih baik karena jumlah yang diawasi berkurang,” kata Toto, Minggu (26/11/2017).
Baca: Shalawat Iringi Kedatangan Anies, Sandi dan Para Ulama di Monas
Dalam jangka panjang, ia melanjutkan, fungsi Kementrian BUMN mungkin secara perlahan akan dikurangi sampai pada tahap hanya sebagai regulator saja.
Fungsi operasional menurut Toto sepenuhnya dikelola holding masing-masing sektor.
“Saya tidak sependapat dengan pihak yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan efesiensi manajemen BUMN tambang itu lebih tepat di merger, bukan holding. Kenapa? Karena organisasi holding dan merger adalah dua hal yang berbeda,” kata dia.
Toto menjelaskan, dengan holding berarti ada induk perusahaan dan anak perusahaan. Sementara merger berarti ada empat BUMN digabungkan atau dilebur menjadi satu entitas baru. Contoh Bank Mandiri adalah entitas baru dari peleburan Bank Exim, BDN, BBD dan Bapindo.
Baca: Greysia/Apriyani Gagal Raih Juara Hong Kong Open Super Series
Selain itu, proses pembentukan holding company di BUMN sudah mengalami revolusi dari model operating holding menjadi strategic holding. Ia mencontohkan PT Semen Indonesia Tbk dan PT Pupuk Indonesia.
“Selama belasan tahun mereka beroperasi sebagai operational holding (Semen Gresik Holding dan Pusri Holding) dan tidak bekerja secara efektif karena induk dan anak perusahaan compete head to head,” kata Toto.