STI akan menggunakan hasil transaksi ini untuk memperkuat posisi finansial perusahaan sehingga lebih leluasa untuk fokus  dalam mengembangkan bisnis layanan Net1 di Indonesia.

“Langkah ini kami tempuh dalam rangka efisiensi serta peningkatan kinerja STI sehingga kami dapat lebih fokus untuk menggarap pengembangan layanan broadband data connectivity di daerah rural dan sub urban Indonesia dengan kualitas jaringan yang memadai serta jangkauan yang luas,” ungkap Larry Ridwan, CEO STI.

Akan halnya dengan IBS, saat ini mengelola hampir 4.500 menara seluler. Menara-menara ini menurut Alexander Runtuwene, Direktur dan CFO IBS, tersebar di wilayah Indonesia bagian tengah dan barat.

"Dengan transaksi ini kita berharap sampai akhir tahun 2017 ini bisa mencapai angka tersebut. Kita juga sedang menggarap fiber optik. Transaksi ini akan memperkuat posisi kita karena saat ini banyak operator seluler yang yang roll out (menyediakan layanan) di wilayah yang saat ini digarap STI juga," jelasnya.

Alex menambahkan, finalisasi (closing) transaksi jual-beli menara seluler STI ke IBS akan diselesaikan akhir 2017 ini.

"Klien kita saat ini dari seluruh operator seluler di Indonesia. Paling banyak dari Smartfren, lalu Telkomsel, XL Axiata. Kita private partner dari semua operator. Tahun depan kita akan tambah tower lagi, tak hanya dari pembangunan sendiri tapi juga via pertumbuhan anorganik," tambahnya.