Bahana: Pasar Mencari Keseimbangan Antara Faktor Positif dengan Risiko
Penutupan perdagangan bursa saham Indonesia akhir tahun lalu, menorehkan prestasi gemilang
Penulis: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Penutupan perdagangan bursa saham Indonesia akhir tahun lalu, menorehkan prestasi gemilang, pasalnya indeks harga saham gabungan (IHSG) mencatat rekor baru yakni bertengger di level 6.355,65.
Pencapaian ini sejalan dengan perkiraan Bahana Sekuritas yang sejak awal tahun lalu memperkirakan indeks akan berada di kisaran 6.300.
Menurut catatan Bahana, perbaikan makro ekonomi yang tercermin pada nilai tukar rupiah yang relatif stabil, diiringi dengan penurunan suku bunga acuan serta fiskal yang terjaga menjadi salah satu faktor yang membuat indeks melaju cukup kencang menjelang akhir 2017.
Ditambah lagi, berlanjutnya pembangunan infrastruktur serta harga komoditas yang stabil naik termasuk harga batu bara.
Memasuki 2018, Kepala Riset dan Strategi Bahana Sekuritas Andri Ngaserin memaparkan pasar saham Indonesia akan mencari keseimbangan meski untuk jangka menengah dan panjang, perusahaan sekuritas milik negara ini menilai pasar saham Indonesia sangat optimis karena dukungan bonus demografi serta pemerintah masih akan melanjutkan reformasi struktural.
''Tahun ini pasar akan mencari keseimbangan antara stabilitas makro ekonomi yang terjaga dengan beberapa faktor risiko yang membayangi yakni trend kenaikan harga minyak dunia, perhelatan pilkada serentak di dalam negeri serta kebijakan investasi pemerintah Cina,'' kata Andri dalam keterangan persnya, Senin (15/1/2018).
Beberapa faktor risiko yang menjadi perhatian investor dalam tahun ini diantaranya kebijakan pemerintah Cina yang ingin mengurangi investasi langsungnya di luar negeri dalam waktu dekat termasuk di ASEAN, yang bisa berakibat pada perlambatan ekonomi domestik. Pasalnya, investasi menjadi salah satu pendorong perekonomian Indonesia.
Selanjutnya, trend kenaikan harga minyak dunia yang saat ini berada pada kisaran US$66 per barel, lebih tinggi dari asumsi harga minyak dunia yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar US$48 per barel. Hal ini akan berpengaruh terhadap defisit transaksi berjalan bila tidak ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi atau bakal menimbulkan inflasi bila harga BBM subsidi naik.
Kondisi politik di dalam negeri yang akan menghadapi Pilkada serentak serta Pilpres 2019, akan menjadi faktor penentu bagi investor khususnya saat proses Pilkada sedang berlangsung hingga hasil akhirnya. Bila semuanya berjalan transparan dan hasil akhirnya sesuai dengan ekspektasi pasar, akan membawa dampak positif.
Hal positif yang akan mewarnai pasar dan perekonomian sepanjang 2018 diantaranya berlanjutnya belanja infrastruktur dan dana subsidi untuk sosial serta dana - dana kampanye yang biasanya meningkat menjelang Pilkada serta Pilpres akan meningkatkan konsumsi masyarakat. Ditambah lagi harga komoditas global yang stabil meningkat khususnya harga batu bara akan memberi multiplier effect terhadap perekonomian.
''Dengan melihat beberapa faktor positif dan risiko yang perlu dicermati, indeks diperkirakan tidak akan banyak bergerak pada semester pertama tahun ini, namun pada semester kedua baru akan terlihat pergerakan yang berarti tergantung pada proses dan hasil Pilkada serta menanti langkah yang akan diambil pemerintah untuk menyelamatkan anggaran 2018," ungkap Andri. Bahana memperkirakan indeks akan berada pada kisaran 7.000 sepanjang 2018.
Dengan berbagai faktor yang dipaparkan, Bahana merekomendasikan delapan saham unggulan yakni Bank Mandiri (BMRI) dengan target harga Rp 8.500/lembar, United Tractors (UNTR) dengan target harga Rp 39.700/lembar, Semen Indonesia (SMGR) dengan target harga Rp 11.600/lembar, Adaro Energy (ADRO) dengan target harga Rp 2.174/lembar, Waskita Karya (WSKT) dengan target harga Rp 3.500/lembar, Indofood CBP (ICBP) dengan target harga Rp 10.600/lembar, Bank Negara Indonesia (BBNI) dengan target harga Rp 10.000/lembar dan Bank CIMB Niaga (BNGA) dengan target harga Rp 1.700/lembar.