Jelang RUPS, Saham PGAS Turun 30 Poin
Melansir data RTI Infokom, sekira pukul 11.35 WIB, saham PGAS terkoreksi 30 poin atau turun 1,12 persen ke level Rp 2.660 per saham.
Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal Sidik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) semakin meyakinkan langkahnya membentuk holding dua BUMN yang bergerak di industri migas yakni PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS).
Rencananya PT Pertamina (Persero) yang akan menjadi induk dari holding migas tersebut.
Hari ini, PGAS akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk mendapat restu terkait holding migas tersebut.
Namun, menjelang RUPS PGAS siang ini di Jakarta, terpantau saham PGAS bergerak turun.
Melansir data RTI Infokom, sekira pukul 11.35 WIB, saham PGAS terkoreksi 30 poin atau turun 1,12 persen ke level Rp 2.660 per saham.
Baca: PPP, Nasdem, PKS, PAN dan Partai Hanura Terancam Tidak Dapat Kursi di DPR
Tercatat, pada penutupan sebelumnya, saham PGAS dibuka di level Rp 2.690 per saham.
Day range PGAS berada di kisaran Rp 2.750 hingga Rp 2.710 per saham dengan volume 143,27 juta unit saham senilai Rp 376,38 miliar dan frekuensi di kisaran 12.442 kali.
Sebelumnya diberitakan, Menteri Badan Usaha Milik Negara, Rini Soemarno, menegaskan bahwa holdingisasi industri minyak dan gas (migas) bertujuan untuk efisiensi bisnis.
Rini juga menambahkan, dengan adanya holdingisasi dua BUMN yang bergerak di industri migas yakni PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) bertujuan untuk memperkuat posisi pemerintah di bidang industri migas.
"Pada dasarnya kami diberi tanggung jawab supaya target pemerintah supaya kita bisa jadi negara yang mandiri di energi otomatis kita ingin punya BUMN yang kuat dan efisien," kata Rini, Kamis (4/1/2018) di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta.
Baca: Plt Sekda Jambi Yakin Zumi Zola Seminggu Lagi Menyusul Jadi Tersangka
Sebagaimana diketahui, pembentukan holding migas ini bertujuan untuk mencegah dualisme pengelolaan hilir gas bumi domestik, nantinya jika sudah dilebur, maka aktivitas bisnis industri migas dinilai akan lebih efisien.
"Sekarang Pertamina itu punya Pertagas bangun infrastruktur gas, PGN juga sama juga membangun infrastruktur, nah ini makanya kita lakukan efisiensi, aktivitasnya akan tetap berjalan seperti sekarang namun tetap efisien," kata dia.