Dorong Pertumbuhan Ekonomi Inklusif Melalui Pengembangan Kawasan Industri
Memasuki tahun 2018, prospek bisnis kawasan industri nasional menunjukkan peningkatan yang positif
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Memasuki tahun 2018, prospek bisnis kawasan industri nasional menunjukkan peningkatan yang positif dikarenakan angka permintaan yang terus tumbuh.
Head of Research & Consultancy PT Savills Consultants Indonesia Anton Sitorus mengungkapkan prospek bisnis pengembangan kawasan industri di Indonesia semakin cemerlang. Para pebisnis melihat prospek tersebut berdasarkan permintaan yang cukup tinggi dari masyarakat.
“Permintaan ada tapi pasokan enggak ada, hal ini yang mungkin membuat kawasan industri banyak dibangun, seperti dari sektor consumer good, e-commerce, distribusi online, dan jasa yang semakin meningkat. Sehingga banyak daerah-daerah selain di Jabodetabek, Cikarang, dan Karawang yang sekarang juga muncul di daerah lain seperti Jawa Tengah, Jawa Timur hingga Makassar,” terang Anton, Selasa (13/2/2018).
Menurut Anton, kawasan industri yang unggul dapat dilihat dari fasilitas yang tersedia baik di dalam maupun di luarnya. Terlebih, jika kawasan industri mendapat dukungan penuh dari pemerintah sehingga dapat berjalan dengan baik dan akan menunjang konektivitas di kawasan tersebut, seperti melalui infrastruktur jalan, water plan, hingga lokasi yang dekat dengan pelabuhan.
Anton menambahkan terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan maupun pemerintah daerah yang ingin membangun sebuah kawasan industri, mulai dari bagaimana model pembiayaan yang harus disediakan, hingga ketersediaan sumber daya manusianya.
“Kalau dilihat di mana kawasan industri yang fasilitasnya sudah baik, ya masih di Jawa dan kota-kota besar yang infrastrukturnya sudah terpenuhi. Sehingga semua (masih) berkumpul di Jawa,” jelasnya.
Hingga saat ini, Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian terus mendorong pembangunan kawasan industri baru di tanah air dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Data Kementerian Perindustrian menyatakan, dua tahun mendatang pertumbuhan kawasan industri baru diprediksi akan semakin meningkat dengan dibangunnya delapan kawasan industri di luar Pulau Jawa yang berpotensi menyerap tenaga kerja sebanyak 296,3 ribu orang.
Salah satu pembangunan kawasan industri yang tengah gencar dilakukan di wilayah Jawa salah satunya seperti yang terjadi di Jawa Barat.
Untuk mendukung dan menunjang konektivitas kawasan industri di wilayah tersebut, Pemerintah pusat saat ini tengah membangun enam proyek infrastruktur strategis mulai dari Tol Susun Jakarta-Cikampek, Patimban Deep Port, Bandara Internasional Kertajati, Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung, LRT Jakarta-Bekasi, dan Tol Trans Jawa.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, terdapat sekitar 2.381,97 hektar lahan yang tengah dikembangkan menjadi sepuluh kawasan industri baru bertaraf nasional dan internasional di wilayah Jawa Barat. Dari jumlah tersebut, 851,97 hektar atau sekitar 35 persen berada di wilayah Karawang.
Di Karawang, dukungan pemerintah daerah akan pembangunan kawasan industri terlihat dengan hadirnya Karawang New Industry City (KNIC) yang dapat menjadi percontohan bagi kawasan industri di luar pulau Jawa yang ingin mengembangkan kawasan industrinya.
Konsep KNIC merupakan salah satu bagian dari pengembangan kota industri terintegrasi kelas dunia, di mana keberadaan kota industri ini diharapkan dapat mendorong inovasi dan turut berkontribusi meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah serta menciptakan multiplier-effect yang bermanfaat bagi perkembangan sosio-ekonomi di Karawang dan daerah sekitarnya.
Kota Industri Terintegrasi KNIC akan terdiri dari lima industry park, yaitu Material Konstruksi (Construction Materials), Otomotive (Automotive), Elektronik (Consumer Electronic), Logistik (Logistics Service), serta UKM & Inovasi (SME & Innovation).
Sebelumnya, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian Ngakan Timur Antara mengatakan, Kementerian Perindustrian saat ini telah menetapkan beberapa strategi untuk mendorong pembangunan ekonomi yang inklusif, salah satunya melalui kebijakan penerapan revolusi industri 4.0.
Saat ini, Kementerian Perindustrian sedang menyusun roadmap pengembangan industri 4.0 yang difokuskan pada lima sektor, yakni industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, otomotif, elektronik dan kimia.