Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Bisnis di Sektor Halal Lifestyle Saat Ini Memiliki Potensi Sangat Besar kata Sapta Nirwandar

Saat ini Halal sudah menjadi tren dunia. Sejumlah brand kelas dunia sudah menghadirkan produk dengan identitas halal.

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Bisnis di Sektor Halal Lifestyle Saat Ini Memiliki Potensi Sangat Besar kata Sapta Nirwandar
ist
Sapta Nirwandar peluncuran ini dikemas dengan acara bedah buku yang berlangsung di Universitas Padjajaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (15/2/2018). 

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Saat ini Halal sudah menjadi tren dunia. Sejumlah brand kelas dunia sudah menghadirkan produk dengan identitas halal. Potensi pasarnya pun dari tahun ke tahun semakin meningkat. Bagaimana dengan bisnis halal di Indonesia?

Ketua Halal Lifestyle Center, Sapta Nirwandar meluncurkan buku ‘Halal Lifestyle, Trend Global, & Peluang Bisnis’. Peluncuran ini dikemas dengan acara bedah buku yang berlangsung di Universitas Padjajaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (15/2/2018).

Dalam buku yang terdiri dari 157 halaman ini mengupas bisnis halal menjadi empat bab. Bab satu mengupas pasar halal dan ekonomi global, posisi Indonesia, pariwsata menjadi akselerator, dan tantangan mindset dan infrastruktur.

Bab dua membahas tentang definisi Halal Lifestyle, Halal is a Brand, permintaan dan penawaran, kebijakan sertifikasi halal, marketing, dan generasi milenials. Bab tiga mengupas tentang peranan lembaga keuangan syariah, super lembaga, road map dan paket kebijakan.

Sementara, bab empat mengupas brand success stories. Itu meliputi, makanan, farmasi, kosmetik, rumah sakit dan produk kesehatan, fashion, finansial, travel, pendidikan, media & rekreasi, hingga seni.

Dalam acara yang dihadiri ratusan orang ini, Sapta juga menjelaskan tentang pemahaman gaya hidup halal. Hingga posisi Indonesia dibanding negara yang bukan mayoritas muslim tentang halal lifestyle.

“Berdasarkan Global Islamic Economy Report tahun 2017-2018, peringkat indonesia turun berada di posisi 11. Sebelumnya, ada di posisi 10 tahun 2015-2016,” tutur mantan wakil menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif itu

BERITA REKOMENDASI

Turunnya peringkat Indonesia di mata dunia ini dikarenakan berbagai macam aspek, misalnya perkembangan gaya hidup halal di Indonesia masih stabil dibanding negara lainnya. Bandingkan dengan negara Malaysia yang telah memiliki Halal Park, Jepang mempunyai Halal Transportation Nippon Express, hingga Brazil punya pelabuhan Halal.

“Sedangkan, Indonesia belum punya itu,” ujar Ketua Ikatan Alumni Unpad 2012-2016

Sementara, negara yang bukan mayoritas Muslim juga tengah mengembangkan halal foodcourt khusus makanan halal. Misalnya, Singapura yang mempunyai halal foodcourt, Korea Selatan telah memiliki 150 restoran tersertifikasi halal, hingga Thailand memiliki Pattaya Halal Restaurant.

“Thailand juga sudah masuk ke sektor Halal Tourism dan Korea Selatan juga mengembangkan halal beauty,” kata Sapta.

Diharapkan, Indonesia tidak ketinggalan oleh negara yang penduduknya bukan mayoritas Muslim. Pemerintah juga harus lebih giat lagi dalam mengembangkan gaya hidup halal, mulai dari lintas sektoral, bidang, dan tentunya tidak lepas dari dukungan industri, akademisi, hingga media.


“Halal adalah lifestyle. Oleh karena itu saya menulis buku Halal Lifestyle, Tren Global, & Peluang Bisnis dengan harapan dapat membuka cakrawala bisnis di sektor halal lifestyle yang saat ini memiliki potensi sangat besar,” ujar Wakil Menteri Pariwisata di era Presiden SBY ini.

Halal yang kental dengan filosofi religi ternyata memiliki makna yang sangat luas dan bisa diaplikasikan dalam berbagai sisi kehidupan, termasuk ekonomi. Sayangnya label halal belum menjadi sebuah nilai tambah.

”Banyak para pelaku usaha hanya melihat label halal hanya sebagai syarat penetrasi ke berbagai gerai ritel. Banyak juga yang salah paham ketika produk dikomunikasikan dengan branding halal karena dikaitkan dengan agama padahal bisa menjadi pedoman akan kualitas hidup yang menyehatkan dan aman bagi demua orang,'' jelasnya.

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unpad Prof Dr Hj Sutyastie Soemitro Remi SE MS engungkapkan bahwa buku tersebut mampu membuka mata dan pikiran untuk menciptakan bisnis baru.

“Halal dapat menjadi penopang pertumbuhan ekonomi, membuka lapangan kerja, dan mendorong ekspor. Pak Sapta mengajak kita semua untuk maju bersama membangun industri halal, dan itu tentu perlu kita sambut,” kata Prof. Sutyastie.

Senada dengan Prof Sutyastie, Direktur LPPOM MUI Jabar Prof Dr H O Suprijana M.Sc. mengungkapkan bahwa buku tersebut memberi wawasan baru mengenai perkembangan industri halal saat ini. Berbagai gagasan baru juga diharapkan dapat diterapkan ke depannya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas