Dirjen Bina Konstruksi PUPR: Tidak Semua Proyek Layang Dihentikan Pembangunannya
Syarief mengatakan scope-nya adalah hanya pekerjaan yang sifatnya di atas tanah atau eleveted atau layang.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dirjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR Syarief Burhanudin menegaskan, pemberhentian sementara pada proyek-proyek Pemerintah tidak berlaku pada semua scope.
Syarief mengatakan scope-nya adalah hanya pekerjaan yang sifatnya di atas tanah atau eleveted atau layang.
"Proyek layang pun tidak semua, ada lagi kriterianya," ujar Syarif di disksusi Forum Merdeka Barat 9, kantor Keminfo, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (22/2/2018).
Ia menjelaskan delapan kriteria proyek elevated yang diberhentikan sementara pengerjaannya oleh Pemerintah sejak 21 Februari 2018 lalu.
Pertama, ujar Syarif, pekerjaan yang menggunakan balok atau gelagar-1 beton langsing.
"Proyek yang mempunyai balok yang sifatnya ramping atau langsung tadi 2,3 meter dengan lebar 70 cm. Kalau terpenuhi syaratnya itu dilakukan pemberhentian sementara," kata Syarif.
Kedua, pengerjaan yang mempunyai sistem hanging scaffholding atau perancah yang melekat atau menggantung di kolong pondasi.
"Nah ini seperti yang terjadi di proyek tol Becakayu diberhentikan dulu," ucapnya.
Ketiga adalah Balance Cantilever precast/in atau pengerjaan yang membuat penopang yang berdiri sendiri, namanya Cantilever.
"Kita bisa lihat di beberapa proyek di Jakarta dan sekitarnya," kata Syarif.
Baca: Mayoritas Bursa Asia di Zona Merah, IHSG Ditutup Terkoreksi
Baca: Mantan CEO OLX Mendaftar Jadi Caleg PSI
Kemudian, pengerjaan kontruksi keempat adalah launcher beam/frame.
"Pengerjaan yang terjadi kemarin peluncurnya yang sempat terjatuh, itu yang kami berhentukan sementara," jelas Syarif.
Kemudian yang kelima adalah memiliki massa tonase yang besar yang jumlahnya melampaui 150 ton.
"Kalau kita melihat yang dicor kemarin yang perancahnya jatuh itu 98 meter kubik volumenya kalau dikali 2,4 ton maka memang di atas 200 ton. Itu juga dikategorikan sebagai tonase yang besar," jelas Syarif.
Selanjutnya adalah pekerjaan yang mempunyai rasio kapasitas angkat terhadap beban kurang dari 5.
"Jadi kalau beban yang diangkat 1 maka kemampuan mengangkatnya adalah 5. Biasanya angkanya minimal 2,5. Dibawah 5 kita berhentikan dulu," tuturnya.
Sedangkan yang ketujuh adalah pekerjaan dengan faktor keamanan sistem bekisting kurang dari 4.
Artinya, safety faktor yang dibawah angka 3 diberhentikan sementara.
"Semua yang berkaitan dengan sistem keamanan tadi dicek kembali kalau di bawah 4 diberhentikan. Kadang-kadang pelaksana hematnya di sini mengurangi ," jelas Syarif.
Terakhir adalah yang menggunakan sistem kabel, salah satunya adalah mengangkat barang tadi.
Ia memastikan selain 8 kriteria tersebut dipastikan berjalan.
Bahkan, Syarif menyebutkan penundaan pengerjaan proyek ada yang berlangsung hanya beberapa jam saja.
"Yang jalan tol tidak melayang semuanya tetap berjalan, tidak ada pemberhentian dan ini tidak terlalu lama penundaan ini setelah approvel kemudian langsung jalan (lagi)," kata Syarief.
Disampaikan Syarief bahwa Kementerian PUPR siap membuka konsultasi terkait evaluasi kerja setiap proyek-proyek yang ada.
"Konsultasi pun kita buka setiap hari sampai hari libur, apa-apa saja yang harus dikoreksi, hari ini pun sudah ada (konsultasi) sekaligus pengecekan apa saja yang telah dilakukan dan harus disempurnakan," sambung Syarief.