4 Fakta Beras Impor Bulog Dibuat Jadi Pakan Ternak
Sebanyak 20 ribu ton beras asal India dan Thailand telah didatangkan Perum Bulog Sumatera Utara melalui Pelabuhan Belawan.
Editor: Hasanudin Aco
"Biasanya orang‑orang yang pakai sisa makanan itu bayar, bisa bayar setiap bulan. Adapula yang bayar tahunan. Jadi, peternak menunggu orang‑orang mencari pakan ternak itu setor makanan. Kami berbeda, tidak bayar orang untuk mencari sisa makanan," katanya.
Baca: Pecat Menlu Lewat Twitter, Trump Tunjuk Direktur CIA Sebagai Pengganti
Seusai wawancara dengan Bukala, Tribun‑Medan/Tribun‑Medan.com melakukan penelusuran ke kawasan Sukadono. Masuk menuju perkampungan yang disebut‑sebut bekas tanah garapan, Gramenia Ujung.
Di perkampungan itu, hampir semua rumah memelihara ternak babi maupun anjing sehingga bau tak sedap menusuk hidung.
Selain itu, jalan menuju lokasi juga hancur, tanpa beraspal. Karena itu, enggak gampang saat melintas.
Deretan pakan ternak babi seperti dedak maupun beras berkualitas rendah terlihat di pelataran rumah.
Terkadang, warga berseliweran keluar-masuk rumah mengambil beras Bulog dianggap tak layak konsumsi manusia.
Setiba di lokasi, Tribun Medan bertemu seorang perempuan bermarga Nduru.
Ia bersama beberapa pemuda melarang Tribun Medan untuk mengambil foto maupun video. Bahkan, saat memasuki lokasi beberapa pemuda mengikuti, mengawasi dari belakang.
4. Bungkusannya ada cap Bulog
Untuk pemasokan pakan ternak, warga menerapkan sistem tertata, hampir seluruh rumah yang ternak babi punya langganan distributor makanan.
Dalam sehari distributor mengantar pakan seperti beras murah maupun dedak ke kampung.
"Di sini ada langganan yang mengantar pakan ternak, biasanya pakai pikap ataupun becak. Ada yang pesan 100 kilogram ataupun 50 kilogram. Bahkan, ada yang lebih dari situ. Pakannya kami beli paling mahal Rp 5 ribu," katanya.
Ia menerangkan, beras yang dipakai umumnya yang sudah lama berada di gudang alias tidak laku ataupun tidak lagi enak di makan.